Bahaya Konsumsi Gula Berlebih Saat Berbuka Puasa: Pakar Gizi IPB Ungkap Dampaknya
Bahaya Konsumsi Gula Berlebih Saat Berbuka Puasa: Pakar Gizi IPB Ungkap Dampaknya
Membatasi konsumsi gula saat berbuka puasa menjadi perhatian utama mengingat banyaknya masyarakat yang cenderung memilih minuman manis untuk mengembalikan energi setelah seharian berpuasa. Guru Besar Ilmu Gizi Pangan IPB University, Prof. Budi Setiawan, menjelaskan bahwa meskipun minuman manis dapat memberikan rasa puas dan meningkatkan kadar gula darah yang sempat menurun, konsumsinya perlu dibatasi secara ketat demi kesehatan jangka panjang. Hal ini didasari oleh fakta bahwa gula berada di puncak piramida gizi seimbang, menunjukkan tingginya potensi dampak negatif jika dikonsumsi secara berlebihan.
Prof. Budi memaparkan bahwa kecenderungan mengonsumsi makanan dan minuman manis saat berbuka puasa berkaitan erat dengan peningkatan produksi hormon serotonin akibat asupan karbohidrat dan gula, yang memberikan rasa bahagia dan kepuasan. Namun, kelebihan konsumsi gula jauh lebih berbahaya daripada manfaat sesaat tersebut. Mengacu pada ketentuan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL), batas maksimal gula harian adalah 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan. Konsumsi di atas batas ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius.
Dampak Negatif Konsumsi Gula Berlebihan
Konsumsi minuman manis secara berlebihan saat berbuka dan sahur dapat menimbulkan berbagai konsekuensi negatif bagi kesehatan. Beberapa dampak buruk tersebut antara lain:
- Gangguan Pemenuhan Gizi: Lambat laun, asupan gula yang tinggi akan membuat perut terasa penuh, sehingga mengurangi ruang untuk makanan bergizi seperti sayur, buah, dan protein yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi vital.
- Kerusakan Gigi (Karies): Gula menjadi salah satu penyebab utama kerusakan gigi. Tingginya kadar gula dalam mulut menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri penyebab karies untuk berkembang biak.
- Peningkatan Berat Badan: Kelebihan asupan energi dari gula yang tidak terbakar akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh, menyebabkan peningkatan berat badan dan risiko obesitas.
- Peningkatan Risiko Penyakit Jantung: Bagi penderita Diabetes Melitus (DM), konsumsi gula berlebih akan meningkatkan kadar trigliserida dalam darah, yang merupakan faktor risiko utama penyakit jantung. Kondisi ini juga dapat terjadi pada individu yang tidak mengidap DM, namun dengan tingkat risiko yang lebih tinggi seiring meningkatnya frekuensi konsumsi gula.
- Gangguan Pencernaan: Konsumsi gula yang berlebihan dapat meningkatkan produksi asam lambung, yang pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti heartburn (mual dan sensasi terbakar di dada) dan maag.
Alternatif Minuman dan Makanan Sehat Saat Berbuka Puasa
Sebagai alternatif minuman manis, Prof. Budi menyarankan untuk mengonsumsi air kelapa muda atau jus buah dan sayur tanpa tambahan gula berlebih. Beliau juga menekankan pentingnya memperhatikan kadar gula dalam jus buah dan sayur yang dijual, karena banyak di antaranya yang mengandung tambahan gula. Sebagai pilihan camilan manis yang lebih sehat, Prof. Budi merekomendasikan kurma, baik kurma segar (ruthob) maupun kurma kering, dengan batasan konsumsi satu hingga tiga buah saja.
Kesimpulannya, penting untuk bijak dalam memilih dan mengonsumsi minuman dan makanan saat berbuka puasa. Memprioritaskan makanan dan minuman bergizi seimbang dengan membatasi konsumsi gula adalah kunci untuk menjaga kesehatan dan mencegah berbagai penyakit kronis. Mengikuti pedoman GGL dan menerapkan pola makan sehat adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan tubuh selama bulan Ramadhan dan seterusnya.