Penutupan Plengkung Gading Yogyakarta: Warga Terdampak, Aksesibilitas Terganggu

Penutupan Plengkung Gading Yogyakarta: Warga Terdampak, Aksesibilitas Terganggu

Penutupan Plengkung Gading, ikonik di sebelah Alun-alun Kidul Yogyakarta, telah menimbulkan protes dan ketidaknyamanan di kalangan warga sekitar. Keputusan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk menutup akses jalan tersebut secara total, setelah uji coba sistem satu arah (SSA) selama seminggu, telah berdampak pada mobilitas warga dan aksesibilitas ke sejumlah kawasan di sekitarnya. Penutupan yang awalnya direncanakan hanya bersifat sementara sebagai uji coba SSA selama satu bulan, kini menjadi permanen, setidaknya untuk sementara waktu, hingga menimbulkan keresahan di masyarakat.

Salah satu warga yang merasakan dampak langsung penutupan ini adalah Pak Otong, seorang warga setempat yang sehari-harinya sering melintasi Plengkung Gading. Pak Otong mengeluhkan rute alternatif yang jauh lebih panjang yang harus ditempuhnya untuk menuju sejumlah tempat tujuannya di wilayah Jogokariyan dan Gedong Tengen. "Saya sering lewat sini, sekarang jadinya susah karena muter jauh. Apalagi saya harus ketemu langganan banyak di Jogokariyan sama Gedong Tengen. Itu semua harus muter jauh," ungkap Pak Otong saat ditemui di lokasi pada Sabtu, 15 Maret 2025. Ia menambahkan bahwa banyak warga lainnya yang juga menyampaikan keluhan serupa mengenai penutupan mendadak ini dan berharap agar Plengkung Gading dibuka kembali, setidaknya dengan sistem satu arah.

Warga lainnya, Ibu Endon, meskipun mengaku terdampak, menyatakan bahwa dampaknya tidak terlalu signifikan baginya. "Ya kalau saya sebenarnya nggak papa, nggak begitu saya muter. Susah juga tapi ya mau bagaimana lagi," ujarnya. Ibu Endon menjelaskan bahwa rute alternatif yang harus ditempuhnya untuk menuju Pojok Beteng dan kawasan barat melalui Tamansari tidak terlalu jauh berbeda. Namun, ia juga berharap agar Plengkung Gading dapat segera dibuka kembali dan beroperasi seperti sedia kala. "Jadi saya biasa aja, mungkin jadi jarang ada kendaraan. Sepertinya mau direnovasi jadi semoga bisa segera dibuka dan nggak permanen," tambahnya.

Penutupan Plengkung Gading menimbulkan pertanyaan mengenai perencanaan dan komunikasi publik yang terkait dengan kebijakan tersebut. Kurangnya informasi yang jelas kepada warga mengenai alasan penutupan total dan jangka waktu penutupan, serta kurangnya sosialisasi mengenai rute alternatif yang memadai, menjadi faktor yang memperparah ketidaknyamanan warga. Pemerintah Daerah DIY perlu memberikan penjelasan yang transparan dan komprehensif terkait alasan penutupan ini, serta rencana tindak lanjut untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan terhadap aksesibilitas warga.

Ke depannya, diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai dampak penutupan Plengkung Gading terhadap lingkungan sekitar dan mobilitas warga. Evaluasi menyeluruh terhadap perencanaan dan implementasi kebijakan lalu lintas di wilayah tersebut juga sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut benar-benar berdampak positif bagi masyarakat. Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan informasi yang akurat dan mudah diakses mengenai rute alternatif dan solusi-solusi lain untuk meminimalisir dampak negatif dari penutupan ini.

  • Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh Pemerintah Daerah DIY antara lain:
    • Apa alasan sebenarnya di balik penutupan total Plengkung Gading?
    • Apa rencana Pemerintah Daerah DIY untuk memperbaiki infrastruktur jalan di sekitar area tersebut?
    • Apa langkah konkrit yang akan diambil untuk mengurangi dampak negatif penutupan terhadap warga?
    • Kapan Plengkung Gading direncanakan akan dibuka kembali?
    • Apakah ada rencana untuk menerapkan sistem satu arah secara permanen di area tersebut?

Pemerintah Daerah DIY diharapkan mampu memberikan respon yang cepat dan tepat guna mengatasi permasalahan ini dan memastikan kepentingan warga tetap terprioritaskan.