Presiden Prabowo Tekankan Hilirisasi Berbasis Padat Karya dan Substitusi Impor dalam Rapat 21 Proyek Strategis
Presiden Prabowo Pimpin Rapat Strategis Hilirisasi Nasional
Minggu lalu, Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat koordinasi yang dihadiri oleh sejumlah menteri ekonomi terkait percepatan implementasi 21 proyek hilirisasi. Rapat yang berlangsung di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini, berfokus pada tindak lanjut keputusan Presiden Joko Widodo sebelumnya mengenai proyek-proyek strategis tersebut. Para menteri yang hadir mencakup Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Pengelola Investasi (BPK) Danantara Rosan P Roeslani, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Waktu Trenggono, dan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono. Kehadiran petinggi BPK Danantara, termasuk COO Dony Oskaria dan CIO Pandu Sjahrir, menandakan komitmen pemerintah dalam mengoptimalkan pendanaan dan investasi untuk proyek-proyek ini.
Fokus pada Padat Karya, Substitusi Impor, dan Distribusi Ekonomi yang Merata
Presiden Prabowo menekankan beberapa poin krusial dalam arahannya. Pertama, implementasi proyek hilirisasi harus berorientasi pada penciptaan lapangan kerja yang luas atau padat karya. Kedua, proyek-proyek ini harus diprioritaskan untuk mendukung program substitusi impor, mengurangi ketergantungan Indonesia pada produk luar negeri. Ketiga, Presiden meminta agar investasi hilirisasi tidak terpusat di satu wilayah saja, melainkan merata di seluruh Indonesia, termasuk Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Hal ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan mengurangi kesenjangan ekonomi antar daerah. Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM, menegaskan bahwa rapat tersebut bertujuan untuk mempersiapkan langkah-langkah implementasi yang profesional dan bernilai ekonomi tinggi, sejalan dengan arahan Presiden.
Peran BPK Danantara dalam Pendanaan dan Prioritas Proyek
BPK Danantara memainkan peran penting dalam rapat tersebut. Rosan Roeslani menjelaskan bahwa kehadiran mereka bertujuan untuk menginventarisasi proyek-proyek hilirisasi di berbagai sektor, termasuk pertambangan mineral, batubara, akuakultur, pertanian, dan perkebunan. Proses inventarisasi ini akan mempertimbangkan dampak positif masing-masing proyek, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja. Lebih lanjut, Rosan menjelaskan bahwa implementasi hilirisasi akan dilakukan secara bertahap, dengan prioritas utama pada proyek-proyek yang mampu mendorong industrialisasi. BPK Danantara akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan proyek mana yang akan didanai dan bagaimana teknis pendanaannya, dengan tetap berpedoman pada parameter yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut.
Kesimpulan: Hilirisasi sebagai Pilar Penguatan Ekonomi Nasional
Rapat koordinasi yang dipimpin Presiden Prabowo ini menandai komitmen pemerintah untuk mempercepat implementasi proyek hilirisasi sebagai pilar penting dalam penguatan ekonomi nasional. Dengan menekankan aspek padat karya, substitusi impor, dan distribusi ekonomi yang merata, pemerintah berupaya memastikan bahwa proyek-proyek ini memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia dan mendorong kemajuan ekonomi yang berkelanjutan.