Wanita Muda Jakarta Selatan Jalani Operasi Pengangkatan Kantong Empedu: Pengalaman dan Dampaknya
Wanita Muda Jakarta Selatan Jalani Operasi Pengangkatan Kantong Empedu: Pengalaman dan Dampaknya
Dece, seorang wanita berusia 29 tahun asal Jakarta Selatan, membagikan kisahnya tentang perjuangan melawan batu empedu dan menjalani operasi pengangkatan kantong empedu pada usia 22 tahun. Pengalaman ini menyoroti fakta bahwa penyakit yang sering dikaitkan dengan usia lanjut, ternyata juga dapat menyerang individu muda akibat gaya hidup tidak sehat. Dece pertama kali menyadari adanya masalah kesehatan ini pada tahun 2018, saat dirawat karena gejala tifus. Selama perawatan, keluhan nyeri di pinggang kanan atas dan pegal saat lelah terungkap, yang kemudian mengarah pada pemeriksaan USG pencernaan.
Hasil USG menunjukkan adanya sejumlah batu empedu di kantong empedunya, dengan batu terbesar mencapai ukuran 1,6 cm. Temuan ini mengejutkan Dece, yang kemudian dirujuk ke dokter bedah digestif untuk evaluasi lebih lanjut. Konsultasi dengan dokter bedah membahas berbagai pilihan pengobatan, termasuk operasi pengangkatan kantong empedu. Meskipun Dece awalnya ragu dan ingin mencari alternatif lain, dokter menjelaskan risiko serius jika batu empedu dibiarkan, termasuk pecahnya batu empedu di dalam tubuh, menguningnya kulit, dan bahkan risiko koma. Memahami potensi komplikasi tersebut, Dece akhirnya memutuskan untuk menjalani operasi pengangkatan kantong empedu.
Setelah operasi, Dece mengalami perubahan dalam kondisi kesehatannya. Ia merasakan kelelahan yang lebih mudah dan sakit perut jika mengonsumsi makanan tidak sehat, seperti gorengan dan makanan bersantan. Hal ini sesuai dengan penjelasan dr. Aru Ariadno, SpPD-KGEH, spesialis penyakit dalam, yang menjelaskan bahwa pengangkatan kantong empedu menghilangkan reservoir empedu. Akibatnya, pencernaan lemak menjadi lebih terbebani, yang dapat menyebabkan begah, kembung, dan diare. Dr. Aru menekankan bahwa meskipun pengangkatan kantong empedu dapat menimbulkan beberapa ketidaknyamanan pencernaan, hal itu umumnya tidak meningkatkan risiko penyakit lain. Empedu tetap diproduksi oleh hati dan berperan penting dalam pencernaan lemak.
Kisah Dece menjadi pengingat penting akan pentingnya gaya hidup sehat dan kesadaran akan penyakit batu empedu, terlepas dari usia. Konsumsi makanan tinggi lemak, seperti junk food, dan kurangnya asupan serat dari sayuran, diidentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi pada kondisi Dece. Kisah ini juga menyoroti pentingnya deteksi dini dan konsultasi medis untuk penanganan yang tepat guna mencegah komplikasi serius.
Berikut poin-poin penting dari pengalaman Dece:
- Diagnosis: Batu empedu pada usia 22 tahun.
- Gejala awal: Nyeri pinggang kanan atas, pegal saat lelah.
- Prosedur: Operasi pengangkatan kantong empedu.
- Faktor risiko: Pola makan tidak sehat, tinggi lemak, rendah serat.
- Dampak pasca operasi: Mudah lelah, sakit perut jika mengonsumsi makanan berlemak.
- Penanganan medis: Konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam dan dokter bedah digestif.
Kasus Dece menggarisbawahi pentingnya menjaga pola makan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi dini berbagai masalah kesehatan, termasuk batu empedu, yang bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia.