Dorongan Kemenperin: Industri Tekstil dan Semen Diajak Berpartisipasi dalam Perdagangan Karbon

Kemenperin Dorong Partisipasi Industri Tekstil dan Semen dalam Perdagangan Karbon

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah gencar mendorong partisipasi sektor industri manufaktur dalam skema perdagangan karbon. Langkah ini diutarakan menyusul masih terbatasnya pelaku perdagangan karbon yang didominasi sektor energi dan bersifat sukarela. Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, mengungkapkan ambisi kementerian untuk memperluas cakupan perdagangan karbon ke sektor manufaktur, khususnya sembilan sektor prioritas.

"Saat ini, perdagangan karbon masih didominasi sektor energi dan sifatnya sukarela. Kemenperin berupaya melibatkan sektor industri manufaktur agar turut serta dalam perdagangan karbon," jelas Andi Rizaldi dalam sosialisasi pra-acara The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Kantor Kemenperin, Senin (17/3/2025). Sembilan sektor industri yang menjadi target tersebut mencakup industri semen, tekstil, baja/logam, pulp dan kertas, keramik dan kaca, makanan dan minuman, pupuk, alat transportasi, dan kimia. Proses pengumpulan data terkait batas emisi yang mampu dicapai masing-masing sektor masih terus dilakukan oleh Kemenperin.

Target Net Zero Emission 2050 untuk Manufaktur

Kemenperin berkomitmen penuh dalam mencapai target nol emisi karbon sesuai dengan tujuan nasional. Lebih jauh, sektor manufaktur bahkan ditargetkan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050, sepuluh tahun lebih cepat dari target nasional yang ditetapkan pada tahun 2060. Komitmen ini telah disampaikan kepada para ketua asosiasi industri terkait pada AIGIS 2024.

"Pada AIGIS pertama (2024), kami telah berkomitmen bersama para ketua asosiasi untuk mencapai NZE pada 2050 untuk sektor manufaktur, sepuluh tahun lebih cepat dari target nasional," tegas Andi Rizaldi. Komitmen ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendorong transformasi industri menuju keberlanjutan lingkungan.

AIGIS 2025: Pendorong Industri Hijau Tanpa APBN

Sebagai bentuk dukungan nyata terhadap industri hijau, Kemenperin kembali menyelenggarakan AIGIS 2025 pada tanggal 20-22 Agustus 2025. Acara ini, yang sepenuhnya didanai tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), diharapkan menjadi platform bagi para pemangku kebijakan dan pelaku industri untuk berdialog dan berkolaborasi dalam mendukung pengembangan industri hijau di Indonesia. Kick-off AIGIS 2025 telah dilakukan oleh Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza pada Desember 2024.

Salah satu inisiatif penting yang akan diluncurkan pada AIGIS 2025 adalah Green Industry Service Company (GISCO) Preparatory Framework. Kerangka kerja ini bertujuan untuk mempercepat transformasi industri menuju keberlanjutan dengan membangun ekosistem terintegrasi yang mencakup pendanaan, teknologi, dan layanan pendukung lainnya. Hal ini penting mengingat kendala utama yang dihadapi industri dalam beralih ke industri hijau adalah keterbatasan akses pendanaan.

"Banyak industri yang ingin bertransformasi ke industri hijau, namun terkendala masalah pendanaan," pungkas Andi Rizaldi, menyoroti tantangan nyata yang perlu diatasi dalam upaya mencapai target Net Zero Emission.

Kesimpulan

Upaya Kemenperin untuk melibatkan sektor industri manufaktur, termasuk industri tekstil dan semen, dalam perdagangan karbon merupakan langkah strategis dalam mencapai target nol emisi. Dukungan melalui AIGIS 2025 dan inisiatif GISCO diharapkan dapat mempercepat transformasi industri menuju keberlanjutan lingkungan, mengatasi kendala pendanaan, dan mendorong pertumbuhan industri hijau di Indonesia.