Penumpang Etihad Alami Reaksi Alergi Parah Setelah Konsumsi Makanan Pesawat, Terpaksa Dirawat di Bandara

Penumpang Etihad Alami Reaksi Alergi Parah, Terpaksa Dirawat di Bandara

Seorang penumpang Etihad Airways, Cameron Callaghan (27), mengalami kejadian tak terduga selama penerbangan dari Manchester, Inggris menuju Bangkok, Thailand via Abu Dhabi pada 6 Januari lalu. Perjalanan yang awalnya dinantikan berubah menjadi mimpi buruk setelah Callaghan mengalami reaksi buruk diduga akibat makanan yang disajikan di pesawat. Kejadian ini bermula dari penundaan penerbangan selama lima jam, dimana Callaghan sempat mengonsumsi sandwich telur tiga jam sebelum keberangkatan. Tidak ada indikasi masalah kesehatan setelahnya.

Setelah lepas landas dan sajian makan utama disajikan, Callaghan memilih pasta ayam dengan tomat dan keju. Meskipun ia mencium bau yang sedikit menyimpang dari biasanya, ia tetap mengonsumsinya. Namun, sekitar 20 menit kemudian, Callaghan mulai merasakan gejala yang mengkhawatirkan. Ia mengalami diare, diikuti muntah hebat yang berulang hingga 30 kali selama penerbangan enam jam tersebut. Intensitas muntah yang tinggi menyebabkan dehidrasi signifikan dan kelelahan ekstrim.

Gejala yang dialaminya sangat parah sehingga Callaghan harus dibantu pramugari untuk tetap berada di area belakang pesawat dan menggunakan toilet secara berkala. Kondisi kesehatannya semakin memburuk hingga ia tak mampu lagi berdiri ketika pesawat mendarat di Abu Dhabi. Callaghan harus dilarikan ke ruang medis bandara menggunakan kursi roda dan mendapatkan perawatan berupa infus anti-mual.

Meskipun perawatan medis telah diberikan, dampak dari insiden ini berlanjut hingga ia tiba di Bangkok. Kelelahan akibat dehidrasi dan muntah membuatnya terbaring lemah selama beberapa hari. Callaghan baru dapat menikmati liburan yang telah direncanakan selama tiga tahun setelah tiga hari beristirahat total di hotel.

Callaghan menduga pasta ayam yang disajikan sebagai penyebab utama reaksi alerginya, mempertimbangkan fakta bahwa ia merasa sehat setelah mengonsumsi sandwich telur dan tidak mengonsumsi makanan lain sebelum penerbangan. Ia merasa makanan tersebut telah disimpan tidak tepat karena pesawat mengalami penundaan. Namun, Etihad Airways membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa makanan mereka disiapkan dan disimpan sesuai standar suhu terkontrol dan tidak ada laporan serupa dari penumpang lain. Pihak maskapai juga mempertanyakan kronologi kejadian dan hubungan langsung antara makanan yang dikonsumsi dan reaksi yang dialami.

Perbedaan pendapat ini memicu ketegangan antara Callaghan dan Etihad. Callaghan merasa pihak maskapai tidak menangani masalah ini secara profesional, dan menuntut pengembalian biaya tiket serta permintaan maaf resmi sebagai bentuk kompensasi atas pengalaman buruk yang dialaminya. Ia juga mengaku trauma dan ragu untuk menggunakan jasa penerbangan dalam waktu dekat, karena peristiwa ini telah menghambat rencana perjalanannya dan menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan mental yang signifikan.

Meskipun Etihad Airways mengklaim telah menjalankan prosedur keamanan dan kualitas makanan sesuai standar, kasus ini menyoroti perlunya peningkatan standar protokol penanganan insiden medis di dalam pesawat dan mekanisme tanggap darurat yang lebih efektif untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang. Selain itu, diperlukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan yang disajikan di dalam pesawat agar kejadian serupa dapat dihindari di masa mendatang.

Kronologi Kejadian:

  • Penundaan penerbangan selama lima jam.
  • Konsumsi sandwich telur tiga jam sebelum keberangkatan.
  • Konsumsi pasta ayam dengan tomat dan keju di dalam pesawat.
  • Muntah hebat sekitar 30 kali selama penerbangan.
  • Diare.
  • Dehidrasi dan kelelahan ekstrim.
  • Perawatan medis di bandara Abu Dhabi.
  • Istirahat total selama tiga hari di Bangkok.
  • Tuntutan pengembalian biaya dan permintaan maaf dari Etihad Airways.