SNPMB Kembangkan Sistem SNBP dengan Integrasi Tes Kompetensi Akademik untuk Wujudkan Seleksi yang Lebih Objektif

SNPMB Perbaiki Sistem SNBP dengan Integrasi Tes Kompetensi Akademik

Tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) terus berupaya menyempurnakan sistem Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) agar lebih adil dan objektif. Ketua Tim Penanggung Jawab SNPMB, Prof. Eduart Wolok, menjelaskan bahwa upaya ini didorong oleh dinamika tren penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya. Terdapat disparitas hasil antara SNBP dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), di mana beberapa sekolah menunjukkan keberhasilan signifikan di satu jalur seleksi namun sebaliknya di jalur seleksi lainnya. Fenomena ini mendorong SNPMB untuk menganalisis dan memperbaiki sistem agar lebih mencerminkan kemampuan calon mahasiswa secara komprehensif.

Salah satu inovasi terbaru adalah integrasi Tes Kompetensi Akademik (TKA) sebagai instrumen penilaian SNBP. TKA, yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), akan berfungsi sebagai mekanisme validasi nilai rapor siswa. Langkah ini merespon kekhawatiran akan potensi kecurangan dalam pelaporan nilai rapor. Prof. Eduart mencontohkan kasus di mana terdapat perbedaan nilai yang minimal antara siswa dengan peringkat tertinggi dan terendah di suatu sekolah, menimbulkan keraguan atas akurasi data. Integrasi TKA diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kemampuan akademik siswa dan mengurangi potensi manipulasi data.

Studi Banding dan Tantangan Sistem Seleksi Nasional

Demi meningkatkan kualitas sistem SNBP, tim SNPMB juga melakukan studi banding ke negara-negara dengan sistem pendidikan maju. Tujuannya adalah untuk mempelajari model seleksi yang efektif dan adil. Prof. Eduart menekankan komitmen SNPMB untuk menciptakan sistem seleksi yang fair bagi seluruh peserta, meski mengakui bahwa Indonesia belum tentu memiliki sistem SNBP terbaik di dunia. Namun, Indonesia patut berbangga karena menyelenggarakan tes masuk perguruan tinggi nasional dengan cakupan peserta terluas di dunia. Sistem ini mencakup seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, memungkinkan siswa di daerah terpencil untuk berkompetisi setara dengan siswa di kota besar.

Perbedaan sistem seleksi Indonesia dengan negara lain, misalnya Australia, digarisbawahi. Di Australia, seleksi dilakukan per negara bagian dengan konversi nilai antar negara bagian. Indonesia, di sisi lain, melaksanakan seleksi secara serentak dan nasional. Meskipun sistem ini memberikan kesempatan yang luas, ia juga memiliki kekurangan. Perguruan tinggi kesulitan untuk menilai kualitas sekolah masing-masing siswa secara riil. Oleh karena itu, integrasi TKA diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi kelemahan ini dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan calon mahasiswa.

Harapan Kemendikdasmen Terhadap Implementasi TKA

Kemendikdasmen, di bawah kepemimpinan Menteri Abdul Mu'ti, turut memberikan dukungan terhadap integrasi TKA ke dalam sistem SNBP. Meskipun implementasi TKA bersifat tidak wajib, SNPMB melihat pentingnya TKA sebagai validator nilai rapor. Kementerian berharap TKA dapat menjadi indikator penting dalam SNBP guna memastikan keakuratan dan objektivitas proses seleksi. Kehadiran TKA diharapkan dapat menjadi solusi atas isu kecurangan pelaporan nilai rapor, memastikan proses seleksi yang lebih transparan dan akuntabel. Dengan demikian, SNPMB berharap dapat terus meningkatkan kualitas sistem SNBP dan mewujudkan seleksi mahasiswa baru yang lebih adil dan berkualitas.