Peluncuran Danantara: Sentimen Negatif Pasar Modal dan Implikasinya terhadap IHSG

Peluncuran Danantara: Sentimen Negatif Pasar Modal dan Implikasinya terhadap IHSG

Peluncuran Danantara oleh Presiden Prabowo Subianto pada 24 Februari 2025 telah memicu reaksi negatif yang signifikan di pasar modal Indonesia. Selama periode 24-28 Februari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukan tren penurunan tajam, menunjukkan sentimen investor yang pesimis terhadap dampak proyek tersebut terhadap perekonomian nasional. Penurunan IHSG sebesar 7,83 persen dalam kurun waktu tersebut, dari 6.803,001 menjadi 6.270,597, menjadi indikator kuat atas kekhawatiran yang berkembang di kalangan investor.

Analisis berdasarkan Teori Pasar Modal Efisien, yang dikemukakan oleh Eugene F. Fama (1970), menjelaskan fenomena ini. Teori ini berargumen bahwa harga saham merefleksikan informasi relevan terkait kinerja dan risiko perusahaan. Reaksi negatif terhadap peluncuran Danantara mengindikasikan bahwa pasar menginterpretasikan proyek ini sebagai 'berita buruk' (bad news), mengantisipasi potensi dampak negatif terhadap kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut rincian fluktuasi IHSG selama periode tersebut:

  • Senin, 24 Februari 2025: Penurunan 53,40 poin (0,78 persen), ditutup pada 6.749,60.
  • Selasa, 25 Februari 2025: Penurunan 162,51 poin (2,41 persen), ditutup pada 6.587,08.
  • Rabu, 26 Februari 2025: Kenaikan tipis 19,09 poin (0,29 persen), ditutup pada 6.606,17 (koreksi setelah penurunan signifikan sebelumnya).
  • Kamis, 27 Februari 2025: Penurunan 120,72 poin (1,83 persen), ditutup pada 6.485,44.
  • Jumat, 28 Februari 2025: Penurunan tajam 214,85 poin (3,31 persen), ditutup pada 6.270,59.

Ketidakpastian dan kontroversi yang menyelimuti proyek Danantara menjadi faktor utama penyebab reaksi negatif pasar. Kekhawatiran terkait pengawasan proyek, pelibatan figur-figur kontroversial dalam pengawasannya, dan struktur organisasi yang dinilai jauh dari prinsip good corporate governance telah menimbulkan keraguan akan transparansi dan akuntabilitasnya. Investor beranggapan bahwa Danantara berpotensi menjadi sumber korupsi baru dan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, investor menunjukkan sikap hati-hati dan memilih untuk mengurangi investasi mereka.

Reaksi pasar ini bukan hanya sekadar fluktuasi biasa, melainkan merupakan sinyal peringatan bagi pemerintah. Penurunan tajam IHSG mencerminkan kurangnya kepercayaan investor terhadap kebijakan pemerintah terkait Danantara. Pemerintah Presiden Prabowo perlu merespon sentimen negatif ini dengan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan transparansi, menguatkan mekanisme pengawasan, dan memastikan pengelolaan Danantara yang profesional dan akuntabel. Kepercayaan investor merupakan pilar penting bagi stabilitas ekonomi, dan mengabaikan sinyal pasar ini dapat berakibat fatal bagi perekonomian Indonesia jangka panjang. Pemerintah perlu menunjukkan komitmen untuk mengatasi kekhawatiran yang telah diutarakan oleh pasar modal agar dapat memulihkan kepercayaan investor dan menghindari potensi dampak negatif yang lebih besar di masa mendatang.