Permintaan Pengembalian Patung Liberty: Sebuah Simbol Persahabatan yang Terancam Erosi Nilai
Permintaan Pengembalian Patung Liberty: Sebuah Simbol Persahabatan yang Terancam Erosi Nilai
Tensi politik antara Prancis dan Amerika Serikat kembali mencuat ke permukaan, kali ini dipicu oleh pernyataan kontroversial yang menyerukan pengembalian Patung Liberty ke Prancis. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh anggota parlemen Eropa asal Prancis, Raphael Glucksmann, di tengah gelombang kritik terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump yang dianggapnya bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan yang dilambangkan oleh monumen ikonik tersebut. Glucksmann, dalam konvensi Partai Place Publique, secara tegas menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan kontroversial Trump telah mengikis makna dan simbolisme Patung Liberty sebagai representasi universal kebebasan dan persamaan.
Pernyataan Glucksmann, yang disiarkan oleh Russia Today, merupakan kritik keras terhadap pemerintahan Trump dan dianggap sebagai bentuk protes simbolik. Ungkapan “Kembalikan Patung Liberty” bukanlah sekadar retorika politik, melainkan manifestasi keprihatinan mendalam atas apa yang dianggap sebagai penyimpangan dari nilai-nilai yang selama ini dianut Amerika Serikat, khususnya terkait dengan kebebasan pers, kebebasan akademik, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Lebih lanjut, pernyataan ini menggarisbawahi kompleksitas hubungan transatlantik dan bagaimana perbedaan ideologi dapat memengaruhi simbol-simbol kerjasama bilateral yang selama ini dianggap sakral.
Sejarah Patung Liberty: Sebuah Hadiah Persahabatan yang Berharga
Patung Liberty, yang berdiri megah di Upper New York Bay, bukan sekadar karya seni monumental. Lebih dari itu, patung tersebut merupakan simbol persahabatan dan kerja sama antara Prancis dan Amerika Serikat, sebuah hadiah yang diberikan Prancis untuk merayakan seratus tahun kemerdekaan Amerika. Ide pembangunan patung ini muncul dari Edouard de Laboulaye, seorang intelektual politik dan aktivis anti-perbudakan Prancis, pada tahun 1865. Laboulaye tergerak untuk mewujudkan sebuah monumen yang mewakili nilai-nilai kebebasan dan demokrasi yang dianut oleh kedua negara.
Gagasan tersebut kemudian direalisasikan oleh pemahat Prancis Auguste Bartholdi, yang merancang patung “Liberty Enlightening the World”. Bartholdi, setelah melakukan perjalanan ke Amerika Serikat pada tahun 1871, memilih Pulau Bedloe sebagai lokasi patung karena posisinya yang strategis sebagai “gerbang” menuju Pelabuhan New York. Proses pembuatan patung yang melibatkan seniman dan perajin Prancis ini berlangsung selama beberapa tahun, dimulai pada tahun 1876 dan berakhir pada tahun 1884. Patung tersebut kemudian dibongkar, dikirim ke Amerika Serikat dengan kapal Angkatan Laut Prancis Isère, dan akhirnya diresmikan pada 28 Oktober 1886, disambut meriah oleh sekitar satu juta warga New York.
Proses pembangunan dan pengiriman Patung Liberty merupakan bukti nyata kerjasama dan persahabatan antara Prancis dan Amerika Serikat. Monumen ini menjadi lambang nilai-nilai bersama kedua negara, yaitu kebebasan, demokrasi, dan persamaan. Namun, permintaan pengembalian Patung Liberty tersebut menggambarkan bagaimana simbol-simbol kerjasama dapat menjadi pusat perdebatan politik dan mencerminkan ketegangan dalam hubungan internasional. Peristiwa ini mengundang kita untuk merenungkan kembali makna dan signifikansi simbol-simbol sejarah, serta bagaimana mereka dapat diinterpretasikan dan dimanfaatkan dalam konteks politik yang terus berkembang.
Proses Pembuatan Patung Liberty:
- 1865: Edouard de Laboulaye mengusulkan pembangunan patung.
- 1870: Auguste Bartholdi mulai merancang patung.
- 1871: Bartholdi memilih Pulau Bedloe sebagai lokasi patung.
- 1876-1884: Patung dibangun dan dirakit di Prancis.
- 1884: Pembangunan alas patung dimulai di Amerika Serikat.
- 1885: Patung tiba di Pelabuhan New York.
- 1886: Patung dipasang dan diresmikan.
- 1924: Patung dinyatakan sebagai monumen nasional.
- 1933: Pengelolaan patung ditempatkan di bawah Dinas Taman Nasional Amerika Serikat.