Pemecatan Dua Komisioner FTC: Langkah Presiden Trump Picu Polemik dan Tuduhan Korupsi

Pemecatan Dua Komisioner FTC: Langkah Presiden Trump Picu Polemik dan Tuduhan Korupsi

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali memicu kontroversi dengan pemecatan dua komisioner dari Komisi Perdagangan Federal (FTC), Alvaro Bedoya dan Rebecca Kelly Slaughter, yang keduanya berasal dari Partai Demokrat. Pemecatan yang diumumkan pada Rabu, 19 Maret 2025, ini langsung menuai kecaman dan tudingan praktik korupsi, terutama mengingat latar belakang politik dan implikasi terhadap independensi FTC.

Langkah Trump ini membuka jalan bagi penunjukan komisioner baru yang berpotensi sejalan dengan kepentingan Partai Republik. Keputusan ini menimbulkan kekhawatiran akan pengaruh politik terhadap fungsi utama FTC, yaitu melindungi konsumen AS dari praktik bisnis yang curang atau tidak adil. Alvaro Bedoya, melalui akun media sosial X, menyatakan pemecatannya sebagai tindakan ilegal dan menjanjikan untuk membawa masalah ini ke pengadilan. Ia bahkan secara terang-terangan menuduh Trump melakukan korupsi dan menjadikan FTC sebagai alat bagi kepentingan pribadi, mengisyaratkan adanya hubungan antara Trump dan para pelaku bisnis besar.

"Presiden baru saja memecat saya secara ilegal. Ini adalah korupsi yang sangat jelas," tulis Bedoya dalam sebuah pernyataan di media sosial. Ia menambahkan bahwa FTC, lembaga independen yang telah berdiri selama 111 tahun, kini terancam menjadi alat bagi kepentingan pribadi presiden dan kroni-kroninya. Tuduhan ini diperkuat dengan pernyataan Bedoya yang menuding FTC di bawah kepemimpinan Trump akan menjadi 'anjing penjilat bagi teman-teman golfnya'. Pernyataan tersebut secara implisit mempertanyakan independensi FTC dan integritas proses pengambilan keputusan di dalam lembaga tersebut.

Pemecatan ini terjadi di tengah sejumlah kasus besar yang ditangani FTC, termasuk gugatan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Amazon, Google, dan Meta. Kepala FTC yang baru diangkat, Andrew Ferguson, sebelumnya menyatakan komitmen untuk melanjutkan kasus-kasus tersebut, bahkan menegaskan akan 'menekan Big Tech dengan keras'. Namun, setelah pemecatan ini, muncul pertanyaan besar mengenai kelanjutan kasus-kasus tersebut, mengingat hubungan dekat antara beberapa tokoh teknologi dan Partai Republik, terutama dengan adanya kedekatan antara Trump dan sejumlah miliarder teknologi dalam beberapa bulan terakhir.

Keterlibatan miliarder-miliarder teknologi dalam kampanye Trump, termasuk donasi besar-besaran pada acara pelantikan, semakin memperkuat dugaan adanya kepentingan politik di balik pemecatan ini. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap integritas dan independensi lembaga-lembaga pemerintah di AS, serta potensi dampaknya terhadap perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang sehat. Ke depan, perkembangan kasus ini dan dampaknya terhadap independensi FTC patut untuk terus dipantau.

  • Beberapa poin penting:
    • Pemecatan dua komisioner FTC oleh Presiden Trump memicu kontroversi.
    • Tindakan ini dianggap ilegal dan merupakan bentuk korupsi oleh komisioner yang dipecat.
    • Langkah ini memungkinkan penunjukan loyalis Partai Republik di FTC.
    • Kasus-kasus terhadap perusahaan teknologi raksasa kini dipertanyakan kelanjutannya.
    • Hubungan dekat antara Trump dan sejumlah miliarder teknologi menjadi sorotan.
    • Independensi FTC dan integritas proses pengambilan keputusan di lembaga tersebut dipertanyakan.