Studi Terbaru Ungkap Kaitan Pernikahan dan Risiko Obesitas pada Pria

Studi Terbaru Ungkap Kaitan Pernikahan dan Risiko Obesitas pada Pria

Sebuah temuan mengejutkan dari berbagai studi internasional menunjukkan adanya korelasi signifikan antara status pernikahan dan peningkatan risiko obesitas pada pria. Data yang dikumpulkan dari berbagai penelitian, termasuk presentasi di European Congress on Obesity di Malaga, Spanyol, dan studi-studi independen dari China dan Inggris, mengungkap tren yang konsisten: pria yang menikah cenderung memiliki berat badan lebih tinggi dibandingkan pria lajang.

Analisis statistik yang komprehensif mempertimbangkan berbagai faktor, seperti usia, status pernikahan, dan kesehatan mental, untuk memastikan akurasi temuan. Hasilnya menunjukkan peningkatan risiko obesitas yang signifikan pada pria yang telah menikah. Studi di Malaga mengungkapkan bahwa pria yang sudah menikah memiliki risiko obesitas 3,2 kali lebih tinggi dibandingkan pria lajang. Lebih lanjut, pernikahan juga meningkatkan kemungkinan kelebihan berat badan sebesar 62 persen pada pria, sementara pada wanita peningkatannya hanya 39 persen. Perbedaan signifikan ini menjadi fokus utama penelitian lebih lanjut.

Salah satu studi yang dilakukan di China pada tahun 2024 menemukan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pria dalam lima tahun pertama pernikahan. Penelitian ini mengaitkan peningkatan IMT tersebut dengan peningkatan asupan kalori dan penurunan aktivitas fisik setelah menikah. Hasilnya menunjukkan peningkatan 5,2 persen pria mengalami kelebihan berat badan dan peningkatan 2,5 persen pria mengalami obesitas pasca pernikahan. Hal ini menguatkan hipotesis adanya perubahan gaya hidup setelah menikah yang berkontribusi pada peningkatan berat badan.

Penelitian lain dari University of Bath di Inggris menunjukkan rata-rata peningkatan berat badan sebesar 1,4 kg pada pria yang sudah menikah dibandingkan dengan pria lajang. Sementara itu, studi di Warsawa menambahkan dimensi usia sebagai faktor penting. Setiap tahun pertambahan usia meningkatkan risiko kelebihan berat badan sekitar 3 persen pada pria dan 4 persen pada wanita, serta risiko obesitas 4 persen pada pria dan 6 persen pada wanita. Faktor usia ini tentunya memperumit analisis, karena meningkatkan kompleksitas interpretasi data.

Katharine Jenner, direktur Obesity Health Alliance, menekankan bahwa obesitas merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, psikologis, dan lingkungan, bukan hanya pilihan pribadi. Senada dengan hal tersebut, Jim Pollard, konsultan Men's Health Forum, menyoroti pentingnya mengatasi obesitas pada pria mengingat tingginya angka kematian dini akibat penyakit jantung dan kanker yang dipengaruhi oleh berat badan. Ia menyerukan pendekatan yang lebih terarah untuk menangani masalah obesitas pada pria dan wanita.

Kesimpulannya, temuan ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang berkontribusi pada obesitas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari korelasi antara pernikahan dan obesitas pada pria, serta untuk mengembangkan strategi pencegahan dan intervensi yang efektif.

Catatan: Angka-angka yang dikutip dalam teks ini merupakan ringkasan dari berbagai studi yang dirujuk.