Gapura Naga Giri Gresik Ambruk: Audit Anggaran Rp7 Miliar Dipertanyakan
Gapura Naga Giri Gresik Ambruk: Audit Anggaran Rp7 Miliar Dipertanyakan
Kondisi memprihatinkan tengah melanda Gapura Naga Giri, ikon Kota Gresik yang menelan biaya pembangunan mencapai Rp7 miliar. Gapura tersebut mengalami kerusakan signifikan, dengan lapisan dinding yang rontok dan memperlihatkan rongga kosong serta rangka besi di bagian dalamnya. Kerusakan ini bukan hanya masalah estetika, namun juga menimbulkan ancaman bahaya bagi warga dan pengendara yang melintas di jalur utama tersebut. Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan kondisi bangunan yang jauh dari kesan kokoh dan megah seperti yang diharapkan. Beberapa netizen bahkan menyebut konstruksinya ‘abal-abal’ dan mempertanyakan kualitas material yang digunakan, terlebih mengingat Gresik dikenal sebagai pusat industri semen nasional.
Berbagai komentar kritis membanjiri media sosial. Warga menyoroti ketidaksesuaian antara biaya pembangunan yang fantastis dengan kualitas konstruksi yang ternyata rapuh. Kekhawatiran akan keselamatan pengendara semakin diperkuat oleh laporan warga yang menyatakan bahwa bagian-bagian dinding gapura terus rontok. Desakan untuk melakukan audit atas penggunaan anggaran pun mencuat, terutama mengingat proyek-proyek infrastruktur lain di Gresik yang juga menuai kontroversi terkait besarnya biaya yang dikeluarkan. Salah satu komentar di media sosial bahkan menyinggung patung gajah mungkur yang menghabiskan anggaran 1 miliar rupiah. Pertanyaan mendasar muncul: kemanakah anggaran miliaran rupiah tersebut dialokasikan?
Menanggapi kondisi ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik menyatakan telah mengetahui kerusakan Gapura Naga Giri sejak Jumat malam, 14 Maret 2025. Kerusakan tersebut terungkap saat petugas DLH memasang lampu sorot baru. Tim teknis DLH langsung diturunkan pada Sabtu pagi untuk melakukan identifikasi dan perbaikan. Menurut Kepala DLH, Sri Subaidah, penyebab utama kerusakan diduga karena faktor usia material batu alam dan getaran yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan besar yang sering melintas. DLH menargetkan perbaikan akan selesai dalam waktu dua minggu ke depan, dengan menggunakan material perekat yang lebih tahan lama dan pengawasan berkala untuk mencegah kerusakan berulang.
Namun, penjelasan dari DLH tersebut belum cukup memuaskan sebagian besar masyarakat. Banyak yang masih meragukan alasan kerusakan yang hanya berfokus pada faktor usia material dan getaran. Perbaikan yang direncanakan pun dianggap sebagai solusi jangka pendek yang belum tentu mampu mengatasi akar masalah dari konstruksi yang dipertanyakan kualitasnya. Desakan untuk melakukan investigasi menyeluruh dan audit independen atas proyek pembangunan Gapura Naga Giri kian menguat, guna mengungkap kejelasan penggunaan anggaran yang besar dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran publik menjadi tuntutan utama dari masyarakat Gresik. Bagaimana pemerintah daerah akan merespon tuntutan ini dan memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali, menjadi pertanyaan yang menunggu jawaban.
DLH Gresik berencana menambahkan dimensi besi dan batu alam tempel sebagai bagian dari proses perbaikan. Penambahan ini, menurut rencana, akan meningkatkan ketebalan tembok sekitar 1 meter dan menambah tinggi gapura sekitar 3 meter. Semoga perbaikan tersebut mampu mengembalikan kemegahan dan fungsi Gapura Naga Giri sebagai ikon Kota Gresik dan menjamin keselamatan pengguna jalan.
Artikel ini telah naik di detikJatim.