Anjloknya IHSG: Ketidakjelasan Danantara dan Dampak RUU TNI Menjadi Sorotan

Anjloknya IHSG: Ketidakjelasan Danantara dan Dampak RUU TNI Menjadi Sorotan

Penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa waktu lalu telah memicu berbagai spekulasi dan analisis. Center of Economic and Law Studies (Celios) menunjuk beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan signifikan ini, salah satunya adalah ketidakjelasan peran dan pengelolaan Daya Anagata Nusantara (Danantara). Direktur Celios, Bhima Yudhistria, mengungkapkan kekhawatirannya terkait tata kelola Danantara yang dinilai kurang transparan dan kontroversi seputar proyek-proyek yang dibiayainya.

Bhima mempertanyakan arah kebijakan Danantara, yang di satu sisi menjajaki kerjasama energi terbarukan dengan Uni Emirat Arab, namun di sisi lain justru membiayai proyek gasifikasi batu bara. "Ketidakjelasan ini menimbulkan kebingungan, apakah Danantara berkomitmen pada transisi energi berkelanjutan atau tetap bergantung pada industri ekstraktif yang kurang ramah lingkungan?" ujar Bhima. Lebih lanjut, ia menyoroti risiko pengelolaan dana pihak ketiga oleh bank BUMN melalui Danantara, yang berpotensi meningkatkan ketidakpercayaan investor. Bhima menekankan perlunya pemisahan pengelolaan aset Danantara dari bank BUMN untuk meminimalisir dampak negatif jika terjadi gagal bayar atau proyek yang merugi. Kegagalan proyek Danantara berpotensi berdampak luas, mengancam dana pihak ketiga yang dipercayakan kepadanya.

Selain peran Danantara, RUU TNI juga dinilai turut berkontribusi terhadap gejolak pasar saham. Perhatian utama tertuju pada rencana perpanjangan masa pensiun anggota TNI. Bhima menjelaskan bahwa kebijakan ini berpotensi meningkatkan belanja pegawai pemerintah secara signifikan dalam jangka panjang, mempengaruhi kapasitas fiskal negara, dan menambah beban APBN. Langkah ini dinilai kontradiktif dengan upaya pemerintah untuk menekan defisit APBN melalui kebijakan efisiensi. Peningkatan belanja pegawai yang signifikan dapat menyebabkan peningkatan utang pemerintah, yang pada akhirnya dapat mengurangi daya tarik investasi.

Pandangan Berbeda dari Menteri Keuangan

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pandangan berbeda. Ia mengklaim bahwa investor tetap mempercayai Indonesia, berdasarkan data lelang Surat Utang Negara (SUN) yang menunjukkan tingginya minat investor baik domestik maupun asing. Lelang SUN yang dilakukan pada Selasa (18/3/2025) mencatat incoming bid mencapai Rp 61,75 triliun, jauh melampaui target indikatif sebesar Rp 26 triliun. Sri Mulyani menekankan bahwa tingginya incoming bid menunjukkan kepercayaan investor terhadap pemerintah dan APBN. Ia menambahkan bahwa partisipasi investor asing dalam lelang SUN juga cukup signifikan, mencapai 22,58 persen dari total incoming bid.

Meskipun demikian, analisis Celios tetap relevan dalam menyoroti faktor-faktor yang berpotensi mengganggu stabilitas pasar saham. Ketidakjelasan dan risiko yang terkait dengan Danantara, serta dampak jangka panjang RUU TNI terhadap fiskal negara, perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan regulator untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan mengurangi volatilitas pasar modal di masa mendatang. Perlu transparansi dan kejelasan kebijakan yang lebih terukur untuk membangun kepercayaan investor dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Anjloknya IHSG merupakan sinyal penting yang perlu dikaji secara menyeluruh. Ketidakjelasan peran Danantara dan implikasi RUU TNI terhadap fiskal negara menjadi beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Pemerintah perlu meningkatkan transparansi dan memberikan kepastian kebijakan untuk membangun kepercayaan investor dan menciptakan iklim investasi yang sehat.