Banjir Kiriman Ciliwung Rendam Jakarta Saat Ramadan: Warga Berjuang di Tengah Kepungan Air

Banjir Kiriman Ciliwung Rendam Jakarta Saat Ramadan: Warga Berjuang di Tengah Kepungan Air

Banjir kiriman dari luapan Sungai Ciliwung kembali menerjang Jakarta pada Senin, 3 Maret 2024, tepat di tengah pelaksanaan ibadah puasa Ramadan. Peristiwa ini menyusul peringatan dini dari Bendung Katulampa di Bogor yang mencatat Siaga 1 banjir pada Minggu malam, 2 Maret 2024, dengan ketinggian muka air mencapai 220 centimeter. Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, telah mengeluarkan imbauan waspada kepada warga Jakarta yang bermukim di bantaran sungai, memprediksi kedatangan air kiriman sekitar pukul 06.30 WIB.

Prediksi tersebut terbukti akurat. Banjir merendam sejumlah wilayah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Kondisi ini memaksa warga menghadapi tantangan besar dalam menjalankan ibadah puasa. Gapura-gapura seolah tenggelam, dan kendaraan bermotor terendam di halaman rumah warga. Meskipun sebagian besar warga telah mengungsi, masih ada yang bertahan di lantai dua rumah mereka. Tim penyelamat terlihat aktif menggunakan perahu karet untuk membantu warga yang terdampak di beberapa lokasi, seperti terlihat di Jalan Masjid Al-Makmur.

Kesaksian Warga:

Kisah Minharudin (43), warga RT 5/RW 8, menggambarkan kepanikan yang dialami warga. Ia terbangun dari tidur lelap oleh keriuhan warga yang mengungsi. Segera setelah itu, air mulai memasuki rumahnya. Keluarga Minharudin sempat menyelamatkan barang-barang berharga seperti kulkas, lemari, dan sepeda motor sebelum semuanya terendam. Barang-barang lain yang tak mampu diselamatkan terpaksa ditinggal.

Solihan (45), warga lainnya, terpaksa memajukan persiapan sahur hingga pukul 21.00 WIB, sebagai antisipasi dampak hujan deras yang terus mengguyur. Langkah serupa juga dilakukan Fauzi dan keluarganya. Mereka sudah mempersiapkan makanan sahur lebih awal. Berbeda dengan Solihan dan Fauzi, Pipit (45) kelelahan membersihkan rumahnya yang dipenuhi lumpur. Ia mengaku tak sempat memasak untuk buka puasa.

Bantuan dan Tantangan:

Warga yang terdampak banjir sangat bergantung pada bantuan logistik, terutama makanan. Beberapa instansi telah menyalurkan nasi boks kepada korban banjir sekitar pukul 17.00 WIB. Bantuan tersebut sangat membantu, mengingat kesulitan warga untuk memasak akibat terbatasnya akses air bersih dan kondisi rumah yang masih tergenang air. Pipit, misalnya, mengaku sangat bersyukur atas tiga nasi boks yang diterima keluarganya. Namun, kebutuhan logistik masih menjadi prioritas utama bagi para korban banjir yang harus beradaptasi dengan kondisi yang sulit di tengah Ramadan.

Kejadian ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, khususnya di daerah rawan banjir. Peringatan dini yang tepat waktu dan koordinasi antar-instansi sangat krusial dalam meminimalisir dampak negatif banjir dan membantu warga terdampak untuk tetap menjalankan ibadah puasa dengan tenang, meski dalam keadaan yang sulit.