Eskalasi Konflik: Serangan Udara Israel Kembali Gempur Gaza, Puluhan Warga Sipil Dilaporkan Tewas

Serangan Udara Israel Intensifkan Operasi Militer di Gaza

Serangan udara Israel kembali menghantam Jalur Gaza, khususnya wilayah Khan Younis di bagian selatan, pada Kamis (20/3/2025) dini hari. Eskalasi ini terjadi di tengah kebuntuan upaya perpanjangan gencatan senjata, memicu kekhawatiran mendalam terkait keselamatan warga sipil.

Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, melaporkan bahwa setidaknya 10 warga sipil tewas dan puluhan lainnya terluka akibat serangan yang menargetkan enam rumah di sebelah timur Khan Younis. Serangan ini menandai peningkatan tajam dalam intensitas operasi militer Israel di wilayah tersebut, mengakhiri periode relatif tenang yang berlangsung selama dua bulan terakhir.

Dampak Serangan dan Respons Internasional

Menurut laporan Bassal pada Rabu (19/3), sedikitnya 470 orang telah tewas di Jalur Gaza sejak Israel melanjutkan serangan udara skala besar. Selain itu, serangan udara di kota Beit Lahia juga dilaporkan menewaskan 14 orang dari satu keluarga yang sama. Bassal menyoroti bahwa serangan tersebut menargetkan sebuah rumah yang digunakan sebagai tempat tenda duka didirikan, menimbulkan kekhawatiran tentang potensi korban yang masih tertimbun reruntuhan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa ia telah memerintahkan militer untuk mengambil "tindakan keras" terhadap Hamas. Keputusan ini diambil sebagai respons atas penolakan Hamas untuk membebaskan sandera yang tersisa dan menolak proposal gencatan senjata. Militer Israel juga mengumumkan bahwa mereka melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan untuk memperluas perimeter keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara wilayah utara dan selatan.

Peringatan Terakhir dan Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyampaikan "peringatan terakhir" kepada penduduk Gaza, mendesak mereka untuk mengikuti saran Presiden AS, yaitu membebaskan sandera dan menyingkirkan Hamas. Katz juga mengisyaratkan kemungkinan opsi lain, termasuk kesempatan bagi warga Gaza untuk mencari tempat tinggal di negara lain.

Peringatan Katz menggemakan pernyataan sebelumnya dari Presiden AS Donald Trump, yang memperingatkan warga Gaza tentang konsekuensi yang mengerikan jika mereka terus menahan sandera.

Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, sebanyak 251 sandera ditahan, dan 58 di antaranya diyakini masih berada di Jalur Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas. Sementara itu, otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa total korban tewas di Jalur Gaza sejak awal perang telah mencapai lebih dari 48.570 orang.

Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk akibat eskalasi konflik ini. Akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan layanan medis semakin terbatas, meningkatkan risiko penyakit dan kelaparan di kalangan penduduk sipil. Komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata segera dan akses kemanusiaan tanpa hambatan untuk meringankan penderitaan warga Gaza.

Berikut adalah poin-poin penting dari berita ini:

  • Serangan udara Israel kembali menghantam Jalur Gaza, menewaskan puluhan warga sipil.
  • Eskalasi terjadi di tengah kebuntuan upaya perpanjangan gencatan senjata.
  • Militer Israel melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza.
  • Menteri Pertahanan Israel memberikan "peringatan terakhir" kepada penduduk Gaza.
  • Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk.

Daftar Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza:

  • Sedikitnya 10 warga sipil tewas di Khan Younis.
  • 14 orang dari satu keluarga tewas di Beit Lahia.
  • Total korban tewas di Jalur Gaza sejak awal perang mencapai lebih dari 48.570 orang.

Krisis ini menyoroti perlunya solusi diplomatik yang mendesak untuk mengakhiri konflik dan mencegah lebih banyak lagi korban sipil. Komunitas internasional harus bekerja sama untuk mencapai gencatan senjata permanen dan memastikan bahwa warga Gaza menerima bantuan kemanusiaan yang sangat mereka butuhkan.

Data yang disajikan dalam berita ini bersumber dari laporan badan pertahanan sipil Gaza, otoritas kesehatan Gaza, dan pernyataan resmi dari pemerintah Israel.