Tragedi Umrah di Arab Saudi: DPR Desak Pemerintah Optimalkan Bantuan Korban dan Investigasi Mendalam
Tragedi Umrah di Arab Saudi: DPR Desak Pemerintah Optimalkan Bantuan Korban dan Investigasi Mendalam
Jakarta, [Tanggal Hari Ini] – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mendesak pemerintah Indonesia untuk memberikan penanganan maksimal kepada para korban luka dalam kecelakaan bus yang membawa jemaah umrah di Arab Saudi. Kecelakaan tragis ini telah merenggut nyawa enam warga negara Indonesia (WNI) dan menyebabkan beberapa lainnya mengalami luka-luka.
Anggota Komisi VIII DPR RI, An’im Falachuddin, menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian tersebut dan menekankan pentingnya kerjasama erat antara pemerintah Indonesia dan Kedutaan Besar Arab Saudi untuk mempercepat proses penanganan korban.
"Kejadian ini sangat memilukan dan tidak terduga. Kami berharap pemerintah dapat segera berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Arab Saudi untuk mempermudah proses penanganan korban, baik yang meninggal maupun yang luka-luka," ujar An’im dalam keterangan persnya.
Legislator dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga meminta perhatian khusus diberikan kepada tiga korban luka yang saat ini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit setempat. Ia berharap mereka mendapatkan pelayanan medis terbaik dan proses pemulihan yang lancar.
"Kami berharap korban luka maupun meninggal bisa mendapatkan perlakuan yang semestinya. Pemerintah harus hadir dan memberikan pendampingan serta dukungan penuh kepada mereka dan keluarga yang ditinggalkan," tegasnya.
An’im juga menyoroti pentingnya peran aktif Konsulat Jenderal RI, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Agama dalam membantu proses pemulihan korban luka dan memfasilitasi pemakaman bagi para korban meninggal dunia. Ia meminta agar seluruh proses dilakukan dengan cepat, efisien, dan penuh penghormatan.
Selain itu, DPR juga mendorong adanya investigasi menyeluruh terhadap penyebab kecelakaan tersebut. An’im meminta agar biro umrah yang bertanggung jawab atas perjalanan tersebut bersikap terbuka dan kooperatif dalam proses penyelidikan.
"Biro umrah harus transparan dalam proses penyelidikan. Perlu diperiksa secara seksama apakah ada faktor ketidaklayakan kendaraan, kesalahan manusia (human error), atau murni kecelakaan. Semua harus diungkapkan secara jelas agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan," tegasnya.
An’im menekankan bahwa upaya pencegahan harus menjadi prioritas utama. Ia menyerukan peningkatan peran Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Indonesia di Arab Saudi dalam memastikan keselamatan jemaah umrah Indonesia.
"Pencegahan harus dilakukan secara proaktif untuk memastikan keselamatan jemaah umrah Indonesia. Ini termasuk pemeriksaan rutin terhadap kondisi kendaraan, pelatihan bagi pengemudi, dan sosialisasi mengenai keselamatan berlalu lintas kepada para jemaah," jelasnya.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan Konsul Jenderal RI di Jeddah, Yusron Ambari, kecelakaan terjadi di Wadi Qudied, jalan antara Mekkah dan Madinah, sekitar 150 kilometer dari Jeddah. Bus yang membawa jemaah WNI tersebut diduga disalip oleh bus lain, kemudian menabrak sebuah jip, terguling, dan terbakar.
"Bus menabrak jip, terguling, dan terbakar. Kedua kendaraan terbakar di pinggir jalan," jelas Yusron.
Dari total 20 korban kecelakaan, enam orang meninggal dunia, yaitu:
- Sumarsih Djarudin (44)
- Audrya Malika Adam (16)
- Eny Soedarwati (49)
- Dian Novita (38)
- Areline Nawallya Adam (22)
- Dawam Mahmud (48)
Sementara itu, tiga korban luka yang masih dirawat adalah:
- Fabian R Respati (14) (luka bakar serius)
- Ahsantudhonni Ghozali (55) (retak tulang)
- Muhammad Alawi (22) (retak tulang)
Pemerintah Indonesia diharapkan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk membantu para korban dan keluarga mereka, serta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan umrah untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.