Ifan Seventeen Ungkap Motivasi Terima Jabatan Dirut PFN di Tengah Krisis Keuangan Perusahaan
Riefian Fajarsyah, atau lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, membuka diri terkait keputusannya menerima tawaran sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Produksi Film Negara (Persero) atau PFN. Pengakuan ini muncul di tengah sorotan publik terhadap kondisi internal perusahaan yang sedang mengalami krisis. Ifan mengungkapkan bahwa sebelum dirinya, sejumlah kandidat lain telah menolak posisi tersebut.
Dalam pernyataan yang diunggah melalui akun Instagram pribadinya @ifanseventeen pada Sabtu (22/3/2025), Ifan menjelaskan bahwa motivasi utamanya menerima jabatan ini adalah sebagai wujud pengabdian kepada bangsa dan negara. Ia merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi positif setelah sekian lama menikmati kemudahan hidup di Indonesia.
"Saya merasa sudah terlalu lama hidup enak di negara yang kita cintai ini, saatnya untuk melakukan timbal balik dengan cara mengabdi. Jadi begitu saya ditawarkan, saya rasa ini kesempatan untuk pengabdian yang saya yakini," ujarnya.
Meski dikenal luas sebagai seorang penyanyi, Ifan menegaskan bahwa dirinya memiliki bekal pengalaman yang relevan di bidang kreatif dan produksi. Ia menyebut pernah menyutradarai tiga video klip untuk Seventeen dan menjadi eksekutif produser dalam dua proyek film.
- Menyutradarai 3 video klip Seventeen
- Eksekutif produser film "Kemarin" (2020) dan "Kau dan Dia" (2022)
- Berpengalaman sebagai direktur utama di dua perusahaan kreatif
- Memiliki gelar Sarjana Manajemen
"Berbekal pengalaman menjadi direktur utama di 2 perusahaan dibidang kreatif dan rumah produksi, gelar sarjana manajemen, pernah menyutradarai 3 klip Seventeen, salah satu executive producer di film "Kemarin" 2020 & "Kau dan Dia" 2022 & ikut main di beberapa film, bismillah saya memantaskan diri untuk pengabdian ini," imbuhnya.
Dirut Tak Harus Ahli Bidang Perfilman?
Ifan juga menanggapi anggapan bahwa seorang direktur utama PFN haruslah ahli di bidang perfilman. Ia memberikan contoh bahwa pendahulunya tidak berasal dari industri yang sama.
"Dirut PFN sebelum saya berasal dari dunia Telekomunikasi, lalu Dirut sebelumnya lagi berasal dari dunia oil and gas bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan industri kreatif. Tapi sebaliknya, pak Dwi (mantan Dirut persis sebelum saya) dapat memimpin dan menjalankan PFN dengan sangat luar biasa," terangnya.
Menurutnya, yang terpenting adalah kemampuan manajemen, strategi, serta kemampuan membangun tim dan mengarahkan perusahaan. Ia menganalogikan dengan seorang direktur rumah sakit yang tidak harus berprofesi sebagai dokter, namun harus dikelilingi oleh dokter-dokter ahli.
Tantangan Berat di PFN
Ifan mengakui bahwa jabatan Dirut PFN bukanlah tugas yang ringan. Ia menyadari bahwa BUMN tersebut tengah menghadapi berbagai permasalahan, terutama di bidang keuangan dan operasional.
Ia mengungkapkan bahwa PFN saat ini memiliki utang puluhan miliar rupiah, keterlambatan pembayaran gaji, dan belum mampu membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pegawai. Selain itu, PFN tidak mendapatkan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga sangat bergantung pada kinerja bisnis perusahaan.
Kondisi ini diperparah dengan peralatan produksi film yang banyak tidak layak pakai dan kerusakan pada bangunan kantor.
Siap Mundur Jika Ada yang Lebih Mampu
Menyadari beratnya tantangan yang dihadapi, Ifan secara terbuka menawarkan kesempatan kepada siapapun yang merasa lebih mampu untuk menggantikannya memimpin PFN. Ia menyatakan kesiapannya untuk mundur jika ada sosok yang dinilai lebih kompeten dalam mengatasi berbagai permasalahan di PFN.
"Dan apabila saya rasa ada orang yang lebih mampu menggantikan saya, saya akan mundur. Namun jika belum ada, tolong biarkan saya bekerja. Karena saya tidak akan mundur dari sebuah penugasan seberat apapun situasinya sampai titik ujung perjuangan," pungkasnya. Pernyataan ini menunjukkan komitmen Ifan untuk memberikan yang terbaik bagi PFN, namun juga kesadarannya akan pentingnya kapabilitas dan efektivitas dalam memimpin perusahaan di tengah situasi yang sulit.