Serangan Drone Rusia Hantam Zaporizhzhia, Keluarga Tewas Jelang Perundingan Damai di Arab Saudi

Tragedi kembali mewarnai konflik di Ukraina. Sebuah serangan drone Rusia menghantam kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan, pada Jumat (21/3/2025) malam waktu setempat, merenggut nyawa tiga anggota keluarga, termasuk seorang remaja putri. Peristiwa pilu ini terjadi menjelang perundingan damai yang dijadwalkan berlangsung di Arab Saudi pada hari Senin mendatang, yang mempertemukan delegasi Rusia dan Ukraina dengan mediator dari Amerika Serikat.

Insiden ini menambah daftar panjang korban sipil dalam perang yang telah berlangsung selama tiga tahun. Menurut laporan, drone tersebut menghantam rumah keluarga tersebut secara langsung, menyebabkan kerusakan parah dan menewaskan seluruh anggota keluarga. Gubernur Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, menyampaikan kesedihan mendalam melalui Telegram, menginformasikan bahwa tim penyelamat berhasil menemukan jenazah ayah dan putrinya di antara reruntuhan. Upaya medis untuk menyelamatkan sang ibu berlangsung selama lebih dari 10 jam, namun nyawanya tidak tertolong.

Kepala Staf Presiden Ukraina, Andriy Yermak, mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran gencatan senjata dan secara khusus menyoroti penggunaan drone Shahed oleh Rusia, yang telah menjadi senjata mematikan dalam konflik ini. Yermak menekankan bahwa serangan ini menewaskan seorang anak berusia 14 tahun di Zaporizhzhia. Selain korban jiwa, serangan di Zaporizhzhia juga menyebabkan 12 orang terluka, termasuk seorang bayi berusia sembilan bulan. Seorang fotografer AFP yang berada di lokasi kejadian menggambarkan pemandangan yang memilukan, dengan petugas penyelamat berjuang mencari korban di antara puing-puing bangunan yang berasap.

Sementara itu, Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa Rusia melancarkan serangan besar-besaran dengan 179 drone ke berbagai wilayah Ukraina pada Jumat malam. Di tengah eskalasi ini, delegasi Rusia dan Ukraina dijadwalkan untuk melakukan perundingan terpisah dengan pejabat Amerika Serikat di Arab Saudi pada hari Senin. Pihak Ukraina berharap perundingan ini dapat menghasilkan setidaknya gencatan senjata parsial yang akan menghentikan serangan udara dan laut. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah menolak tawaran gencatan senjata penuh dan tanpa syarat dari AS-Ukraina. Sebagai gantinya, Putin mengusulkan penghentian serangan terhadap infrastruktur energi dan mengklaim telah memberikan instruksi kepada militernya untuk melakukan hal tersebut.

Situasi di Ukraina tetap tegang menjelang perundingan damai. Serangan drone yang menewaskan sebuah keluarga di Zaporizhzhia menjadi pengingat tragis akan harga yang harus dibayar oleh warga sipil dalam konflik ini. Upaya diplomatik untuk mencapai solusi damai menjadi semakin mendesak di tengah meningkatnya korban jiwa dan kerusakan.

Berikut adalah poin-poin penting terkait tragedi ini:

  • Serangan Drone: Drone Rusia menghantam Zaporizhzhia pada Jumat malam.
  • Korban: Tiga anggota keluarga tewas, termasuk seorang remaja putri.
  • Lokasi: Zaporizhzhia, Ukraina selatan.
  • Reaksi Ukraina: Kecaman keras dari pejabat tinggi Ukraina.
  • Perundingan Damai: Dijadwalkan berlangsung di Arab Saudi pada hari Senin.
  • Harapan Ukraina: Gencatan senjata parsial.
  • Posisi Rusia: Penolakan gencatan senjata penuh, usulan penghentian serangan terhadap infrastruktur energi.
  • Jumlah Drone: 179 drone diluncurkan Rusia ke Ukraina pada Jumat malam.
  • Korban Luka: 12 orang terluka, termasuk bayi berusia 9 bulan.
  • Senjata: Penggunaan drone Shahed oleh Rusia disoroti.
  • Respons Militer Ukraina: Militer Ukraina juga menargetkan Rusia dengan serangan drone pada Jumat (21/3) malam waktu setempat.