Defisit Anggaran Ancam Pemberantasan Tuberkulosis Global: WHO Soroti Dampak Pemotongan Dana Bantuan

Krisis Pendanaan Hambat Perlawanan Terhadap Tuberkulosis di Puluhan Negara

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemotongan dana bantuan kesehatan secara global telah menciptakan "kegagalan yang melumpuhkan" dalam upaya pemberantasan tuberkulosis (TB) di lebih dari dua lusin negara. Kondisi ini mengancam kemajuan yang telah dicapai selama dua dekade terakhir dalam memerangi penyakit menular paling mematikan di dunia ini.

WHO menyoroti bahwa pemotongan dana yang "drastis dan tiba-tiba" ini terutama berdampak pada negara-negara di Afrika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Akibatnya, terjadi kekurangan personel untuk layanan anti-TB dan pemantauan penyakit, serta gangguan pada program diagnostik yang menyebabkan keterlambatan deteksi dan pengobatan.

Dampak Pemotongan Dana: Kekurangan Obat dan Potensi Resistensi

Konsekuensi dari kekurangan dana ini sangat serius. Sembilan negara dilaporkan kesulitan untuk menyediakan obat TB yang harus dikonsumsi pasien setiap hari selama minimal empat hingga enam bulan. Penghentian pengobatan sebelum tuntas dapat memicu resistensi obat, di mana bakteri TB menjadi kebal terhadap obat yang digunakan. Hal ini akan memaksa pasien untuk menggunakan obat yang lebih keras dan lebih mahal, serta memperpanjang masa pengobatan.

  • Kekurangan Personel: Pengurangan tenaga medis yang terlatih untuk memberikan layanan TB.
  • Gangguan Diagnostik: Keterlambatan dalam mendeteksi kasus TB baru akibat kurangnya fasilitas dan tenaga ahli.
  • Keterlambatan Pengobatan: Pasien TB tidak mendapatkan pengobatan tepat waktu, meningkatkan risiko penularan.
  • Resistensi Obat: Bakteri TB menjadi kebal terhadap obat standar, membutuhkan pengobatan yang lebih kompleks dan mahal.

Indonesia Siapkan Strategi Antisipasi Dampak Pemotongan Dana

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah-langkah antisipasi untuk mengatasi potensi dampak dari penghentian operasional USAID, yang sebelumnya memberikan dukungan teknis dan sumber daya untuk program TB nasional. Juru bicara Kementerian Kesehatan, Widyawati, menyatakan bahwa penyesuaian program telah dilakukan untuk memastikan kualitas layanan TB tetap terjaga sesuai standar.

Widyawati juga menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir karena layanan TB akan tetap berjalan dengan baik. Pemerintah berkomitmen untuk terus memberikan layanan terbaik bagi pasien TB dan berupaya untuk mencapai target eliminasi TB di Indonesia.

Upaya Global dalam Menghadapi Krisis Pendanaan

WHO menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera mengatasi krisis pendanaan ini dan memastikan bahwa semua orang yang membutuhkan layanan TB dapat mengaksesnya. Investasi yang berkelanjutan dalam program TB sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini dan mencapai target global untuk mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030.

  • Peningkatan Pendanaan: Negara-negara donor harus meningkatkan komitmen pendanaan untuk program TB global.
  • Inovasi: Pengembangan teknologi dan pendekatan baru untuk mendiagnosis dan mengobati TB.
  • Kemitraan: Kolaborasi antara pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mencapai tujuan bersama.
  • Akuntabilitas: Memastikan bahwa dana yang dialokasikan untuk program TB digunakan secara efektif dan efisien.

Tuberkulosis: Ancaman Global yang Membutuhkan Tindakan Segera

Tuberkulosis tetap menjadi ancaman global yang serius dan membutuhkan tindakan segera. Dengan adanya krisis pendanaan ini, upaya pemberantasan TB menjadi semakin sulit. Namun, dengan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, kita dapat mengatasi tantangan ini dan mencapai dunia yang bebas dari TB.