Kisah Kuliner Solo: Angkringan Legendaris Bertahan, Mantan Manajer Jadi Juragan Pempek, dan Bubur 36 Tahun Pamit

Jejak Rasa di Solo: Antara Angkringan Abadi, Transisi Karir yang Manis, dan Pamitnya Sang Legenda Bubur

Kota Solo, dengan pesonanya yang klasik, tak pernah kehabisan cerita untuk diceritakan, terutama dari ranah kuliner. Di antara hiruk pikuk kota, tersembunyi kisah-kisah menarik tentang bagaimana tradisi, inovasi, dan perubahan hidup berpadu dalam harmoni rasa.

Angkringan: Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Solo, surga bagi para pencinta kuliner, menawarkan pengalaman bersantap yang tak terlupakan, salah satunya melalui angkringan. Lebih dari sekadar tempat makan, angkringan adalah simbol kebersamaan dan tradisi yang telah mengakar kuat di kota ini. Beberapa angkringan legendaris bahkan telah berdiri selama beberapa generasi, menjadi saksi bisu perubahan zaman.

Di angkringan, pengunjung dapat menikmati hidangan sederhana namun kaya rasa seperti nasi kucing, sate usus, sate telur puyuh, dan berbagai macam gorengan. Tak ketinggalan, wedangan, minuman tradisional yang menghangatkan tubuh, menjadi teman setia saat bersantai di angkringan.

Berikut adalah beberapa angkringan legendaris di Solo yang wajib dikunjungi:

  • Wedang Dongo Pak Untung: Berdiri sejak tahun 1955, angkringan ini dikenal sebagai salah satu yang tertua di Solo.
  • Wedangan Radjiman Plus: Menyajikan berbagai macam hidangan dan minuman tradisional dengan suasana yang nyaman.
  • Wedangan Mbah Wiryo: Terkenal dengan wedangannya yang khas dan hidangan nasi kucing yang lezat.
  • Wedangan Mantap: Menawarkan suasana angkringan yang modern dengan menu yang bervariasi.

Dari Manajer ke Pengusaha Pempek: Kisah Sukses Anggita Jatmiko

Kisah inspiratif datang dari Anggita Jatmiko, seorang mantan manajer area di sebuah perusahaan retail yang memutuskan untuk banting stir menjadi pengusaha kuliner. Merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaannya, Anggita bersama sang istri memberanikan diri untuk memulai bisnis pempek.

Dengan menggunakan resep rahasia keluarga dan bahan-bahan berkualitas seperti daging ikan gabus dan ikan tenggiri, pempek buatan Anggita berhasil memikat hati para pelanggan. Dalam waktu singkat, bisnis pempek Anggita berkembang pesat dan mampu menjual hingga 200 buah setiap harinya.

Keberhasilan Anggita menjadi bukti bahwa dengan keberanian, kerja keras, dan inovasi, siapa pun dapat meraih kesuksesan di bidang kuliner.

Pamitnya Sang Legenda: Bubur Kheng Nam Lee Teochew Porridge

Kabar kurang menyenangkan datang dari dunia kuliner Singapura. Gerai bubur legendaris Kheng Nam Lee Teochew Porridge, yang telah berdiri selama 36 tahun, terpaksa menutup pintunya pada 20 Maret 2025. Keputusan ini diambil karena pemilik gerai tidak memiliki penerus untuk melanjutkan bisnisnya. Selain itu, kondisi kesehatan pemilik yang semakin menurun juga menjadi faktor utama penutupan gerai bubur tersebut.

Kheng Nam Lee Teochew Porridge dikenal dengan buburnya yang lembut dan kaya rasa. Selama puluhan tahun, gerai ini telah menjadi favorit warga Singapura dan menjadi bagian dari sejarah kuliner kota tersebut. Penutupan gerai bubur ini tentu menjadi kehilangan besar bagi para pencinta kuliner dan menjadi pengingat bahwa tradisi kuliner perlu dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.

Kisah-kisah kuliner dari Solo dan Singapura ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga tradisi, berani mengambil risiko, dan menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup.