Nisan Cicit Sunan Giri Raib di Kompleks Makam, Pengelola Situs Cagar Budaya dalam Sorotan
Kehilangan Artefak Bersejarah di Kompleks Makam Sunan Giri, Gresik
Sebuah insiden memprihatinkan terjadi di kompleks Makam Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur, salah satu situs cagar budaya nasional yang penting. Sebuah batu nisan yang menandai pusara Mbah Tameng, seorang cicit dari Sunan Giri, dilaporkan hilang. Hilangnya artefak bersejarah ini memicu kekhawatiran mendalam tentang keamanan dan pelestarian situs-situs bersejarah di Indonesia.
Gilang Adiwidya, seorang aktivis pelestarian situs budaya di Gresik, mengungkapkan keprihatinannya atas kejadian ini. Ia menilai hilangnya nisan Mbah Tameng sebagai indikasi lemahnya pengawasan dan pengelolaan situs cagar budaya. Mbah Tameng sendiri dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah lokal, seorang pejuang yang berani melindungi Makam Sunan Giri dari upaya penghancuran.
"Hilangnya batu nisan ini adalah kerugian besar bagi warisan budaya kita," kata Gilang. "Nisan tersebut bukan hanya sekadar batu, tetapi juga merupakan bagian dari identitas sejarah Mbah Tameng dan garis keturunannya sebagai cicit Sunan Giri."
Menurut informasi yang dihimpun, hilangnya nisan tersebut diperkirakan terjadi beberapa hari terakhir. Sayangnya, tidak ada saksi mata atau rekaman CCTV yang dapat memberikan petunjuk tentang pelaku pencurian. Hal ini semakin memperburuk keadaan dan memicu pertanyaan tentang efektivitas sistem keamanan di kompleks makam.
Lemahnya Pengawasan dan Dampak Potensial
Gilang menyoroti kurangnya pengawasan di kompleks Makam Sunan Giri, meskipun situs tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional. Ia mendesak juru pelihara makam dan pihak pengelola situs untuk bertanggung jawab atas insiden ini dan meningkatkan langkah-langkah keamanan.
"Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, perlindungan situs-situs bersejarah adalah tanggung jawab kita bersama," tegas Gilang. "Polisi Khusus Cagar Budaya Gresik juga seharusnya berperan aktif dalam menjaga keamanan situs-situs ini."
Selain itu, Gilang juga menyoroti kondisi makam Mbah Tameng yang kurang terawat. Area makam dipenuhi lumut dan sampah, yang mencerminkan kurangnya perhatian dari pihak terkait. Kondisi ini semakin memperburuk citra situs cagar budaya yang seharusnya dijaga dan dilestarikan dengan baik.
Lebih lanjut, hilangnya nisan Mbah Tameng juga membuka peluang terjadinya pemalsuan sejarah di kemudian hari. Batu nisan tersebut memuat simbol-simbol artefak penting yang menandakan garis keturunan langsung dari Sunan Giri. Jika nisan tersebut hilang, maka akan sulit untuk membuktikan keaslian makam dan identitas Mbah Tameng.
Tuntutan Tindakan Lebih Lanjut
Gilang mendesak pihak yayasan yang mengelola situs Makam Sunan Giri untuk segera mengambil tindakan yang diperlukan. Ia menyarankan pemasangan CCTV di seluruh area kompleks makam untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Selain itu, ia juga meminta agar dilakukan perawatan rutin terhadap makam Mbah Tameng dan situs-situs bersejarah lainnya di Gresik.
"Kita tidak boleh membiarkan kejadian ini terulang kembali," kata Gilang. "Situs-situs bersejarah adalah aset berharga yang harus kita jaga dan lestarikan untuk generasi mendatang."
Kehilangan nisan Mbah Tameng menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga dan melindungi warisan budaya bangsa. Pengawasan yang ketat, perawatan yang rutin, dan partisipasi aktif dari masyarakat adalah kunci untuk mencegah terjadinya kehilangan dan kerusakan situs-situs bersejarah di Indonesia.
Daftar Poin Penting:
- Hilangnya nisan Mbah Tameng, cicit Sunan Giri, di kompleks Makam Sunan Giri, Gresik.
- Lemahnya pengawasan dan pengelolaan situs cagar budaya.
- Kondisi makam Mbah Tameng yang kurang terawat.
- Potensi pemalsuan sejarah akibat hilangnya nisan.
- Tuntutan tindakan lebih lanjut dari pihak terkait.