Panduan Lengkap Mudik Lebaran: Adab Safar Menurut Ajaran Islam
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, jutaan umat Muslim di seluruh Indonesia bersiap untuk melaksanakan tradisi mudik, kembali ke kampung halaman untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Perjalanan mudik, yang seringkali menempuh jarak jauh dan memakan waktu, bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual. Dalam Islam, terdapat adab safar, yaitu serangkaian etika dan perilaku yang dianjurkan untuk diperhatikan selama bepergian, agar perjalanan tersebut menjadi lebih bermakna, berkah, dan dilindungi oleh Allah SWT.
Adab safar bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan cerminan dari akhlak seorang Muslim yang senantiasa berusaha untuk menghadirkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk dalam perjalanan. Dengan memperhatikan adab safar, seorang Muslim tidak hanya menjaga keselamatan dan kenyamanan dirinya sendiri, tetapi juga menghormati orang lain dan lingkungan sekitarnya. Berikut adalah beberapa adab safar yang perlu diperhatikan saat mudik Lebaran:
1. Dianjurkan untuk Bepergian Bersama
Islam menganjurkan umatnya untuk tidak bepergian sendirian, kecuali dalam kondisi yang sangat mendesak. Bepergian bersama memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah saling membantu, mengingatkan dalam kebaikan, dan mencegah kemungkaran. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang bepergian sendirian adalah seperti setan, sedangkan orang yang bepergian bertiga adalah seperti kafilah yang membawa keberkahan.
2. Berpamitan kepada Keluarga, Kerabat, dan Tetangga
Sebelum memulai perjalanan, sangat dianjurkan untuk berpamitan kepada keluarga, kerabat, dan tetangga. Selain sebagai bentuk penghormatan, berpamitan juga merupakan wujud permohonan doa restu agar perjalanan diberikan kelancaran dan keselamatan. Rasulullah SAW juga mencontohkan untuk membaca doa saat berpamitan, yang berisi permohonan perlindungan dan penjagaan dari Allah SWT.
3. Memperbanyak Doa Selama Perjalanan
Waktu selama perjalanan adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Perbanyaklah berdoa kepada Allah SWT, memohon perlindungan, keselamatan, dan keberkahan dalam perjalanan. Salah satu doa yang dianjurkan untuk dibaca saat safar adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang berisi permohonan agar tidak tersesat, tidak tergelincir, tidak berbuat zalim, dan tidak dibodohi.
Doa safar yang bisa diamalkan:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ
Arab latin: Bismillahhi tawakkaltu 'alallah, laa haula wa laa quwwata illa billaah, allahumma inni audzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw azhlima aw uzhlama aw ajhala aw yujhala alayya
_Artinya: "Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, dan tidak ada daya maupun kekuatan kecuali dengan izin Allah. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari menjadi sesat atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dari berbuat zalim atau dizalimi, dari menjadi bodoh atau dibodohi."
4. Menunaikan Salat Sunnah Sebelum Berangkat
Sebelum memulai perjalanan, dianjurkan untuk menunaikan salat sunnah dua rakaat. Salat sunnah ini merupakan bentuk permohonan kepada Allah SWT agar memberikan kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan. Salat ini juga menjadi bekal spiritual bagi seorang Muslim agar senantiasa mengingat Allah SWT selama dalam perjalanan.
5. Mengucapkan Takbir Saat Menanjak dan Tasbih Saat Menurun
Ketika kendaraan melewati jalan menanjak, disunnahkan untuk mengucapkan takbir (Allahu Akbar), sebagai bentuk pengagungan kepada Allah SWT. Sebaliknya, ketika kendaraan melewati jalan menurun, disunnahkan untuk mengucapkan tasbih (Subhanallah), sebagai bentuk pensucian kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
6. Berdoa Ketika Tiba Kembali
Setelah menyelesaikan perjalanan dan tiba kembali di rumah, jangan lupa untuk bersyukur kepada Allah SWT atas perlindungan dan keselamatan yang telah diberikan. Ucapkanlah doa sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagai bentuk pengakuan atas nikmat Allah SWT dan permohonan agar senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah.
Doa ketika kembali dari bepergian:
تَوْبًا تَوْبًا، لِرَبِّنَا أَوْبًا، لَا يُغَادِرُ حَوْبًا
Arab latin: Tauban, tauban, li rabbinâ, lâ yughâdiru hauban
Artinya : "Aku bertaubat kepada Tuhan kami, dan kepada-Nya aku kembali."
7. Meminta Nasihat Kepada Orang Saleh
Sebelum memulai perjalanan, alangkah baiknya jika kita meminta nasihat kepada orang-orang saleh, ulama, atau tokoh agama yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Nasihat-nasihat mereka dapat menjadi bekal berharga dalam perjalanan, baik secara spiritual maupun praktis. Selain itu, mintalah doa kepada mereka agar perjalanan kita senantiasa dilindungi oleh Allah SWT.
Dengan memperhatikan adab safar ini, diharapkan perjalanan mudik Lebaran kita menjadi lebih bermakna, berkah, dan dilindungi oleh Allah SWT. Semoga kita semua dapat kembali ke kampung halaman dengan selamat dan sehat, serta dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga tercinta dalam suasana yang penuh kebahagiaan dan keberkahan.