Denny JA Ungkap Sikap Dedi Mulyadi Terhadap Ormas dan Evaluasi 'Study Tour' di Jawa Barat
Denny JA: Dedi Mulyadi Tidak Anti Ormas, Fokus Berantas Premanisme
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, meluruskan isu terkait pandangan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), terhadap organisasi kemasyarakatan (Ormas). Dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (26/3/2025), Toto menegaskan bahwa KDM tidak anti terhadap Ormas yang legal dan diakui negara. Penegasan ini muncul menyusul berkembangnya persepsi bahwa KDM bersikap keras terhadap Ormas tertentu, terutama yang dianggap menghambat investasi dan melakukan pemaksaan THR kepada perusahaan.
Menurut Toto, tindakan KDM lebih difokuskan pada pemberantasan premanisme yang mungkin terjadi di dalam tubuh Ormas, bukan pada penolakan terhadap eksistensi Ormas itu sendiri. "KDM berpandangan bahwa Ormas itu boleh dan sah, tetapi premanisme tidak boleh dibiarkan," ujarnya. Toto mencontohkan, sejak menjabat sebagai Bupati Purwakarta, KDM selalu menjalin kedekatan dengan Ormas, namun secara tegas menentang praktik-praktik premanisme seperti pemaksaan kehendak dan tindakan kriminal lainnya. Pendekatan ini, menurut Toto, konsisten diterapkan KDM dalam kepemimpinannya di Jawa Barat.
Toto meyakini bahwa kebijakan-kebijakan KDM di Jawa Barat, meskipun awalnya menuai kontroversi, pada akhirnya akan dipahami oleh masyarakat. Ia menekankan bahwa setiap kebijakan yang diambil KDM didasari oleh visi besar untuk memajukan Jawa Barat di berbagai sektor, termasuk kesejahteraan, pembangunan, budaya, dan pelestarian alam. "Berbagai kebijakan KDM lahir dari mimpi besar yang tulus untuk memajukan Jawa Barat, baik dari sisi kesejahteraan, pembangunan, budaya, maupun pelestarian alam," kata Toto.
Evaluasi 'Study Tour': Lebih Fokus Edukasi dan Kondisi Ekonomi
Selain isu Ormas, Toto juga memberikan penjelasan terkait kebijakan larangan study tour yang sempat menjadi perhatian publik. Ia menjelaskan bahwa kebijakan ini harus dilihat dalam konteks kondisi ekonomi masyarakat. Toto mengungkapkan, banyak orang tua siswa yang mengeluhkan tingginya biaya study tour, terutama di tengah situasi ekonomi yang sulit. Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa study tour saat ini cenderung lebih berorientasi pada wisata daripada pendidikan.
"Fakta di lapangan menunjukkan bahwa study tour lebih dominan unsur wisatanya daripada unsur pendidikannya. Oleh karena itu, ke depan perlu ada konsep study tour yang lebih relevan dengan kondisi sosial dan alam Jawa Barat," jelasnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Toto mengusulkan agar kegiatan study tour di masa mendatang lebih difokuskan pada aspek edukasi. Ia menyarankan agar siswa diajak mengunjungi perkebunan, ladang, dan sawah. Dengan demikian, study tour tidak hanya menjadi ajang rekreasi, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang berharga dan menumbuhkan kecintaan terhadap alam.
Dengan berbagai kebijakan yang berorientasi pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, Toto optimistis bahwa langkah-langkah yang diambil KDM akan membawa dampak positif bagi Jawa Barat dalam jangka panjang.