Gangguan Sidang Kongres: Politisi Demokrat Diusir Akibat Protes Pidato Trump

Gangguan Sidang Kongres: Politisi Demokrat Diusir Akibat Protes Pidato Trump

Pidato Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam sidang gabungan Kongres pada Selasa (4/3/2025) diwarnai insiden pengusiran anggota parlemen. Peristiwa ini terjadi di tengah reaksi beragam terhadap pidato Trump; dukungan antusias dari Partai Republik berbanding terbalik dengan penolakan keras dari Partai Demokrat. Ketegangan mencapai puncaknya ketika seorang anggota Kongres Demokrat, Al Green, diusir dari ruang sidang karena melakukan protes yang dianggap mengganggu jalannya pidato.

Green, yang mewakili Texas, tidak hanya mencemooh dan meneriaki Trump, tetapi juga mengacungkan tongkat bantu jalannya sebagai tanda protes. Aksi ini memantik reaksi balik dari anggota Partai Republik yang hadir. Ketua DPR AS, Mike Johnson, kemudian memberikan peringatan keras kepada Green. Setelah Green menolak untuk menghentikan protesnya dan tetap duduk tenang, Johnson memerintahkan petugas keamanan Kongres (Sergeant-at-Arms) untuk mengeluarkan Green dari ruang sidang. "Keluarkan pria ini dari ruangan," tegas Johnson, seraya mengingatkan anggota Demokrat lainnya untuk menjaga ketertiban.

Insiden pengusiran Green bukan satu-satunya bentuk protes dari pihak Demokrat. Sejumlah anggota parlemen dari Partai Demokrat menunjukkan penolakan mereka dengan cara mengangkat poster bertuliskan pesan protes, salah satunya berbunyi "Hal ini TIDAK NORMAL." Sebagai puncak demonstrasi, hampir separuh dari anggota Partai Demokrat melakukan walkout di akhir pidato Trump, meninggalkan ruang sidang sebagai bentuk penolakan atas isi pidato dan kepemimpinan Trump.

Ironisnya, reaksi keras dari Partai Demokrat ini justru disambut positif oleh Trump. Setelah insiden pengusiran Green, Trump menyatakan, "Saya melihat Partai Demokrat di depan saya, dan saya menyadari sama sekali tidak ada hal yang bisa saya katakan untuk membuat mereka senang atau membuat mereka berdiri atau tersenyum atau bertepuk tangan." Pernyataan ini menunjukkan bahwa Trump justru melihat protes tersebut sebagai bukti kegagalan Demokrat untuk menerima atau menyetujui kebijakan dan kepemimpinannya.

Insiden ini menjadi sorotan tajam atas polarisasi politik yang mendalam di Amerika Serikat. Perbedaan pandangan antara Partai Demokrat dan Republik yang sudah mencuat ke permukaan terlihat jelas dalam respons mereka terhadap pidato Trump. Peristiwa ini memicu pertanyaan tentang batas-batas protes di dalam ruang sidang Kongres, dan bagaimana lembaga parlemen harus menangani perbedaan pendapat yang ekstrim di antara anggotanya.

Reaksi yang beragam dari Partai Republik terhadap pidato Trump turut menjadi perhatian. Walaupun sebagian besar dari mereka memberikan dukungan penuh kepada Trump, ada kemungkinan adanya beberapa anggota Partai Republik yang secara diam-diam mengkritik kebijakan Trump, akan tetapi mereka memilih untuk tidak mengungkapkannya secara terbuka karena takut akan dampak politiknya.

Peristiwa ini juga membuka diskusi lebih luas mengenai cara menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam proses demokrasi Amerika. Kejadian ini menjadi gambaran tentang tantangan yang dihadapi oleh lembaga parlemen di era politik yang sangat terpolarisasi.