Eksplorasi 5 Camilan Lebaran Tradisional Indonesia yang Mulai Terlupakan

html

Perayaan Idul Fitri di Indonesia tidak hanya identik dengan opor ayam dan ketupat, tetapi juga dengan beragam camilan tradisional yang menjadi pelengkap kehangatan silaturahmi. Di antara deretan kue kering populer seperti nastar, kastengel, dan putri salju, tersimpan kekayaan camilan 'underrated' yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Kehadirannya mungkin tak semeriah kue-kue modern, namun cita rasa dan sejarahnya menyimpan pesona tersendiri.

Mungkin Anda bertanya-tanya, apa saja camilan tradisional yang mulai terlupakan ini? Berikut adalah lima di antaranya, yang dikutip dari berbagai sumber:

  • Kue Sapik (Sumatera Barat)

    Kue sapik, camilan renyah khas Sumatera Barat, mungkin belum sefamiliar namanya di telinga masyarakat luar Pulau Sumatera. Bentuknya yang tipis dan renyah menyerupai lekker, namun proses pembuatannya yang unik menjadi ciri khasnya. Nama 'sapik' sendiri berasal dari bahasa Minang yang berarti 'dijepit', merujuk pada penggunaan alat penjepit besi bermotif khusus untuk membentuk kue ini. Rasanya gurih dan nikmat, cocok untuk menemani momen bersantai saat Lebaran.

  • Engkak Ketan (Palembang)

    Engkak ketan adalah kue tradisional dari Palembang yang biasanya disajikan pada saat-saat istimewa seperti Lebaran. Proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu menjadi salah satu alasan mengapa kue ini tidak sepopuler lapis legit. Terbuat dari tepung ketan dan santan kental, engkak ketan memiliki tekstur kenyal dengan rasa manis dan gurih yang seimbang. Setiap lapisannya dibuat secara bertahap, mirip dengan proses pembuatan lapis legit, menjadikannya hidangan yang istimewa.

  • Keciput (Kudus dan Jawa Tengah)

    Keciput seringkali tertukar dengan onde-onde, padahal keduanya jelas berbeda. Kue berbentuk bulat atau lonjong yang dilapisi wijen ini memiliki tekstur renyah dan mengembang di bagian dalamnya. Keciput banyak diproduksi di sekitar Kudus dan beberapa kota lain di Jawa Tengah. Penggunaan bahan pengembang seperti SP dan baking soda menghasilkan tekstur renyah berongga tanpa isian. Kue ini menjadi salah satu camilan favorit saat Lebaran di daerah asalnya.

  • Kembang Goyang (Betawi)

    Kembang goyang adalah kue tradisional Betawi yang wajib hadir di setiap perayaan Lebaran. Namanya diambil dari bentuknya yang menyerupai bunga atau kembang. Proses memasaknya pun unik, yaitu dengan menggoyangkan cetakan khusus di dalam minyak panas hingga adonan terlepas dan matang. Hingga kini, kembang goyang masih dibuat dengan cara tradisional dan menjadi simbol kemeriahan Lebaran bagi masyarakat Betawi. Terdapat dua varian rasa kembang goyang, yaitu asin gurih dan manis.

  • Kue Satu (Betawi)

    Kue satu, camilan khas Betawi yang semakin sulit ditemukan, dahulu banyak diproduksi rumahan. Kue ini hanya membutuhkan dua bahan utama, yaitu kacang hijau dan gula. Uniknya, proses pembuatannya tidak melibatkan oven atau proses memasak yang rumit. Kacang hijau yang telah dikupas disangrai, dihaluskan menjadi tepung, kemudian dicampur dengan gula. Adonan kemudian dicetak dan dijemur hingga kering. Proses pembuatan yang memakan waktu inilah yang menjadi alasan mengapa kue ini dinamakan kue satu.

Camilan-camilan tradisional ini, meski mungkin tak sepopuler kue kering modern, menyimpan kekayaan cita rasa dan sejarah yang patut dilestarikan. Kehadirannya di meja Lebaran bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga wujud pelestarian budaya dan identitas bangsa. Mari kita lestarikan camilan-camilan ini agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.