Antisipasi Lonjakan Biaya Lebaran, Yati Siapkan Rp 15 Juta untuk Tradisi Mudik

Menjelang perayaan Idul Fitri, tradisi mudik menjadi agenda tahunan bagi jutaan masyarakat Indonesia. Yati, seorang ibu berusia 53 tahun yang bekerja di Jakarta Selatan, menjadi salah satu dari sekian banyak perantau yang mempersiapkan diri untuk kembali ke kampung halaman. Pengalaman bertahun-tahun telah mengajarkannya untuk mengantisipasi lonjakan biaya selama musim Lebaran, sehingga ia menyiapkan dana khusus sebesar Rp 15 juta.

Persiapan matang ini bukan tanpa alasan. Yati memperkirakan pengeluarannya selama mudik dan merayakan Lebaran di kampung halaman akan jauh lebih besar dibandingkan hari-hari biasa. Dana tersebut dialokasikan untuk berbagai keperluan, mulai dari biaya transportasi, konsumsi selama perjalanan, hingga pemberian tunjangan hari raya (THR) kepada sanak saudara. Menurut penuturannya, dalam kondisi normal, ia menghabiskan sekitar Rp 8-9 juta per bulan. Namun, pengeluaran ini diperkirakan melonjak drastis selama musim Lebaran.

"Kadang hari biasa aja saya habis Rp 8-9 juta. Kalau Lebaran paling bawa Rp 15 jutaan," ujar Yati saat ditemui di kawasan Monas, Jakarta Pusat.

Alokasi dana Rp 15 juta tersebut dirinci sebagai berikut:

  • Transportasi: Biaya perjalanan bus dari Jakarta ke Yogyakarta diperkirakan mencapai Rp 600.000, sementara ongkos balik dari Yogyakarta ke Jakarta sekitar Rp 550.000.
  • Konsumsi: Sebagian dana dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman selama perjalanan, mengingat perjalanan darat memakan waktu yang cukup lama.
  • THR: Sebagian besar dana akan digunakan untuk memberikan THR kepada keluarga, sebagai bentuk berbagi kebahagiaan di hari raya.

Bagi Yati, mudik bukan sekadar perjalanan pulang kampung. Lebih dari itu, mudik adalah momen berharga untuk menjalin silaturahmi dan mempererat hubungan dengan keluarga besar. Kerinduan akan kebersamaan dengan saudara, orang tua, cucu, dan keponakan menjadi motivasi utama baginya untuk tetap mudik, meski harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

"Kalau di kampung, yang dikangenin itu kalau ketemu saudara, keluarga, embah-embah, ponakan-ponakan," ungkap Yati dengan mata berbinar.

Untuk mengumpulkan dana sebesar itu, Yati membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan. Ia menyisihkan sebagian dari gajinya setiap bulan dan menyimpannya secara khusus untuk keperluan mudik. Disiplin dalam menabung menjadi kunci keberhasilannya dalam mempersiapkan dana mudik setiap tahun.

"Ngumpulinnya kalau habis gajian saya taruh saja. Kekumpul kalau udah gajian 3-4 kali," jelasnya.

Meskipun harus merogoh kocek cukup dalam, Yati tetap merasa bahagia dan ikhlas. Baginya, kebahagiaan berkumpul dengan keluarga di kampung halaman tidak ternilai harganya. Momen Lebaran menjadi kesempatan emas untuk melepas rindu dan memperkuat ikatan kekeluargaan yang telah lama terpisah oleh jarak dan waktu. Tradisi mudik, bagi Yati, adalah investasi kebahagiaan yang tak ternilai harganya.