Pemkot Semarang Gelontorkan Bisyaroh untuk Ribuan Pahlawan Pendidikan dan Pelayan Masyarakat

Apresiasi untuk Garda Terdepan Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Semarang: Bisyaroh Mengalir dari Pemkot

Pemerintah Kota Semarang terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung dan mengapresiasi para insan yang mendedikasikan diri di bidang pendidikan nonformal dan pelayanan masyarakat. Bukti nyata komitmen ini diwujudkan melalui penyaluran bisyaroh, sebuah bentuk penghargaan atau tali asih, kepada ribuan penerima manfaat yang tersebar di berbagai elemen masyarakat.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, secara simbolis menyerahkan bisyaroh kepada 6.572 penerima manfaat yang terdiri dari beragam profesi mulia. Mereka adalah:

  • Marbot Masjid: 531 penjaga dan pengurus rumah ibadah yang senantiasa menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid.
  • Anggota Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT): 1.000 penggerak pendidikan agama Islam di tingkat dasar yang berperan penting dalam membentuk karakter generasi muda.
  • Guru Sekolah Minggu: 250 pendidik yang menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual kepada anak-anak.
  • Anggota Paguyuban Pengurus Jenazah Semarang (P2JS): 600 relawan yang dengan tulus ikhlas membantu proses pengurusan jenazah, meringankan beban keluarga yang berduka.
  • Tenaga Pengajar Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ): 3.000 guru yang membimbing anak-anak dalam mempelajari Al-Qur'an sejak usia dini.
  • Pengelola PAUD: 1.080 pengelola lembaga pendidikan anak usia dini yang meletakkan fondasi pendidikan yang kuat bagi generasi penerus bangsa.
  • Pengurus Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi): 100 pengurus organisasi yang berdedikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini.
  • Tokoh Agama: 11 tokoh agama dari berbagai latar belakang, termasuk pinandita, yang menjadi panutan dan pembimbing spiritual bagi masyarakat.

Penyerahan bisyaroh ini dilakukan saat acara buka puasa bersama komunitas Disabilitas Kota Semarang di Rumah Dinas Wali Kota. Hal ini semakin menegaskan komitmen Pemkot Semarang untuk merangkul seluruh elemen masyarakat, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.

Janji Kampanye yang Terealisasi: Bentuk Kepedulian kepada Warga Istimewa

Wali Kota Agustina menegaskan bahwa penyaluran bisyaroh ini merupakan realisasi dari janji kampanyenya untuk memberikan dukungan kepada warga istimewa Kota Semarang yang telah memberikan pelayanan tanpa berstatus sebagai pegawai pemerintah.

"Pada tahap ini, kami baru bisa menyalurkan sebagian sesuai dengan anggaran murni pada 2025. Namun, pada perubahan anggaran nanti, kami memastikan seluruh pegiat Lembaga Pendidikan Al-Qur'an (LPQ), marbot, dan guru madin yang telah didaftarkan akan menerima bisyaroh," ujar Agustina.

Program bisyaroh ini merupakan wujud nyata kepedulian Pemkot Semarang terhadap para pelayan masyarakat yang dengan tulus ikhlas menjaga pendidikan dan nilai-nilai sosial di lingkungan masing-masing. Pada tahun 2025, besaran bisyaroh yang diberikan adalah:

  • Guru TPQ, Madrasah Diniyah (Madin), Sekolah Minggu: Rp 500.000 setiap bulan
  • Modin: Rp 1.000.000 per bulan
  • Marbot, pengajar PAUD, pengurus Himpaudi, pinandita: Rp 300.000 per bulan

Dengan peningkatan jumlah penerima bisyaroh dibandingkan tahun sebelumnya, Pemkot Semarang berkomitmen untuk terus memperluas cakupan penerima manfaat di tahun-tahun mendatang.

Fokus pada Pendidikan Anak Usia Dini dan Pembangunan Inklusif

Wali Kota Agustina juga menyampaikan komitmennya untuk memperkuat pendidikan anak-anak PAUD. Ia menekankan bahwa investasi sumber daya manusia (SDM) perlu dilakukan sedini mungkin.

"Saya sudah meminta kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan dinas terkait agar anggaran perubahan nantinya dapat dialokasikan untuk kegiatan PAUD, sehingga anak-anak bisa lebih mengenal Kota Semarang dan Indonesia dengan lebih baik," tambahnya.

Selain itu, Pemkot Semarang juga terus berupaya membangun Rumah Inspirasi bagi penyandang disabilitas di setiap kecamatan. Pembangunan akan dimulai di tiga kecamatan pada tahun 2025, yaitu Mijen, Semarang Barat, dan Pedurungan, dan akan diselesaikan secara bertahap di 16 kecamatan hingga tahun 2029. Hal ini menunjukkan komitmen Pemkot Semarang untuk mewujudkan pembangunan inklusif yang merata bagi seluruh warga.

Dengan berbagai program dan inisiatif ini, Pemkot Semarang terus berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan pendidikan, pelayanan masyarakat, dan inklusi sosial. Bisyaroh hanyalah salah satu dari sekian banyak upaya yang dilakukan untuk menghargai dan mendukung para pahlawan tanpa tanda jasa yang telah berkontribusi besar bagi kemajuan Kota Semarang.