Di Tengah Deru Konflik, Warga Gaza Ukir Senyum Lebaran dengan Tradisi Kue
Gaza Berjuang di Tengah Konflik: Semangat Lebaran Tak Terpadamkan
Di tengah reruntuhan dan bayang-bayang konflik yang tak berkesudahan, secercah harapan dan semangat menyala di Gaza. Menjelang Idul Fitri 1446 Hijriah, warga Gaza, Palestina, dengan gigih mempersiapkan diri menyambut hari kemenangan. Di kamp-kamp pengungsian yang padat, aroma harum kue tradisional Lebaran berpadu dengan debu dan asap akibat serangan yang terus menerus terjadi.
Walaupun ancaman serangan dari militer Israel selalu menghantui, tak sedikit pun semangat warga untuk merayakan hari raya umat muslim ini luntur. Mereka dengan penuh sukacita membuat kue-kue tradisional, sebuah simbol perayaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah keterbatasan bahan dan peralatan, kreativitas dan kebersamaan menjadi modal utama untuk menghadirkan sedikit kebahagiaan di tengah situasi yang serba sulit.
Kantor berita AFP melaporkan bahwa pada hari Kamis, 27 Maret 2025, kepulan asap tebal terlihat membubung tinggi di kamp Bureij, Jalur Gaza tengah, akibat serangan udara Israel. Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikendalikan oleh Hamas, menyatakan bahwa lebih dari 855 jiwa melayang di wilayah Palestina sejak Israel kembali melancarkan serangan skala besar pada tanggal 18 Maret lalu. Agresi militer ini merupakan kelanjutan dari konflik berkepanjangan yang telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur dan memaksa jutaan warga Gaza hidup dalam pengungsian.
Namun, di tengah kehancuran, warga Gaza tetap berupaya menghidupkan tradisi Lebaran. Di Bureij, yang baru saja menjadi sasaran serangan, sekelompok warga Palestina terlihat bergotong royong membuat kue tradisional. Kue-kue ini nantinya akan dibagikan kepada sesama warga, sebagai wujud solidaritas dan kepedulian di tengah masa sulit. Aroma manis kue seolah menjadi pengingat akan harapan dan kebersamaan, di tengah realitas pahit yang mereka hadapi.
Proses pembuatan kue dilakukan dengan peralatan dan bahan seadanya. Keterbatasan ini tak menyurutkan semangat mereka untuk menciptakan hidangan istimewa yang akan disantap bersama keluarga dan kerabat saat Lebaran tiba. Bagi warga Gaza, kue Lebaran bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol harapan, ketahanan, dan identitas budaya yang terus dijaga di tengah konflik.
Konflik Israel-Palestina telah berlangsung puluhan tahun, menyebabkan penderitaan yang tak terhingga bagi warga Gaza. Serangan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, sebagai respons terhadap serangan Hamas, telah merenggut nyawa lebih dari 50 ribu warga Gaza dan menyebabkan ratusan ribu lainnya terluka. Jutaan orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka yang hancur akibat perang.
Gencatan senjata yang sempat memberikan sedikit ketenangan sejak Januari 2025, berakhir pada 18 Maret, ketika Israel kembali melancarkan serangan. Hamas menolak untuk memperpanjang gencatan senjata tahap pertama dan mendesak Israel untuk memulai gencatan senjata tahap kedua, yang diharapkan dapat membuka jalan menuju perdamaian permanen.
Di tengah ketidakpastian dan kesulitan hidup, warga Gaza menunjukkan keteguhan yang luar biasa. Mereka tetap berpegang pada tradisi dan nilai-nilai budaya, serta terus berupaya untuk menciptakan momen-momen kebahagiaan di tengah konflik. Semangat Lebaran menjadi simbol harapan dan ketahanan bagi warga Gaza, yang terus berjuang untuk meraih perdamaian dan kehidupan yang lebih baik.
- Tradisi Lebaran di Gaza: Membuat dan berbagi kue tradisional adalah bagian penting dari perayaan Idul Fitri di Gaza, mempererat ikatan sosial di tengah kesulitan.
- Keterbatasan Sumber Daya: Warga Gaza menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan bahan dan peralatan untuk membuat kue karena blokade dan kerusakan akibat konflik.
- Semangat Solidaritas: Pembuatan kue secara bersama-sama menjadi wujud solidaritas dan dukungan moral antarwarga Gaza.
- Harapan di Tengah Konflik: Perayaan Lebaran menjadi momen untuk memupuk harapan dan melupakan sejenak kesengsaraan akibat konflik berkepanjangan.