Gempa Myanmar M 7,7 Guncang Bangkok: Analisis BMKG Ungkap Fenomena Vibrasi Periode Panjang dan Efek Direktif

Getaran Gempa Myanmar Sebabkan Kerusakan di Thailand, BMKG Jelaskan Penyebabnya

Gempa bumi dahsyat berkekuatan Magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025, memberikan dampak signifikan hingga ke negara tetangga seperti Thailand dan China. Di Bangkok, Thailand, sebuah gedung pencakar langit setinggi 30 lantai dilaporkan ambruk akibat getaran gempa tersebut, menimbulkan kepanikan dan pertanyaan mengenai penyebab kerusakan yang begitu jauh dari pusat gempa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan analisis mendalam terkait fenomena ini.

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa kerusakan di Bangkok disebabkan oleh dua faktor utama: Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period) dan efek direktivitas.

Vibrasi Periode Panjang

Fenomena Vibrasi Periode Panjang terjadi ketika gelombang gempa merambat melalui tanah lunak. Tanah lunak, seperti yang banyak ditemukan di Bangkok, memiliki kecenderungan untuk memperkuat gelombang gempa dengan periode panjang. Hal ini menyebabkan resonansi pada bangunan tinggi, terutama yang memiliki frekuensi alami yang mirip dengan gelombang gempa. Akibatnya, bangunan-bangunan ini mengalami getaran yang lebih kuat dan berpotensi mengalami kerusakan struktural, bahkan keruntuhan.

BMKG mencontohkan kasus serupa yang terjadi pada gempa Meksiko 1985. Meskipun pusat gempa berada jauh dari Mexico City, kota tersebut mengalami kerusakan parah karena dibangun di atas tanah bekas rawa yang direklamasi. Tanah lunak ini memperkuat gelombang gempa, menyebabkan ribuan bangunan runtuh dan menelan banyak korban jiwa.

Efek Direktif

Selain Vibrasi Periode Panjang, Daryono juga menyebutkan kemungkinan adanya efek direktivitas. Efek ini terjadi ketika energi gempa terfokus dalam satu arah tertentu. Semakin tinggi direktivitasnya, semakin terkonsentrasi energi gempa dalam arah tersebut, sehingga meningkatkan intensitas getaran di wilayah yang terkena dampak. Efek direktivitas dapat memperparah kerusakan akibat gempa, terutama pada bangunan yang berada di jalur fokus energi gempa.

Dampak Gempa Myanmar

Gempa Myanmar berkekuatan M 7,7 tersebut berpusat di barat laut kota Sagaing. Selain menyebabkan kerusakan signifikan di Myanmar, getaran gempa juga dirasakan di berbagai wilayah di Thailand dan China. Di Bangkok, selain gedung 30 lantai yang ambruk, beberapa bangunan lain juga dilaporkan mengalami kerusakan. Proses evakuasi dan penyelamatan korban masih terus dilakukan di lokasi reruntuhan gedung yang ambruk.

Antisipasi dan Mitigasi

Analisis BMKG ini menggarisbawahi pentingnya memahami karakteristik tanah dan potensi efek gempa dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur, terutama di wilayah yang rawan gempa dan memiliki kondisi tanah yang lunak. Langkah-langkah mitigasi seperti penguatan struktur bangunan dan penataan ruang yang mempertimbangkan risiko gempa sangat penting untuk mengurangi dampak kerusakan dan korban jiwa di masa depan.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait analisis BMKG mengenai gempa Myanmar dan dampaknya di Bangkok:

  • Gempa Myanmar M 7,7 dirasakan hingga Thailand dan China.
  • Gedung 30 lantai di Bangkok ambruk akibat getaran gempa.
  • BMKG menjelaskan fenomena Vibrasi Periode Panjang dan efek direktivitas.
  • Tanah lunak di Bangkok memperkuat gelombang gempa.
  • Efek direktivitas memfokuskan energi gempa dalam satu arah.
  • Pentingnya mitigasi dan perencanaan bangunan yang tahan gempa.

Bangunan yang ambruk di Bangkok berada di kawasan Chatuchak Park, utara Bangkok. Gedung setengah jadi itu hancur menjadi puing-puing dan balok logam ringsek parah dan menelan banyak korban jiwa. Proses evakuasi masih berjalan dan belum diketahui secara pasti jumlah korban yang meninggal dan luka luka.