Krisis Finansial PSIS Semarang Mencuat: Evandro Brandao Ungkap Tunggakan Gaji dan Dugaan Praktik Tak Profesional

Kabar tak sedap menghampiri klub sepak bola PSIS Semarang. Mantan pemain mereka, Evandro Brandao, secara terbuka mengungkapkan permasalahan gaji yang dialaminya selama membela tim berjuluk Laskar Mahesa Jenar tersebut. Melalui serangkaian unggahan di media sosial, pemain asal Angola ini membeberkan bahwa dirinya tidak menerima gaji selama beberapa bulan, yang menjadi alasan utama keputusannya untuk meninggalkan klub.

Brandao, yang sebelumnya memperkuat RANS Nusantara FC, bergabung dengan PSIS pada musim ini. Sempat menjadi bagian penting tim dengan mencatatkan delapan penampilan, dua gol, dan satu assist di Liga 1, Brandao merasa hak-haknya sebagai pemain profesional tidak dipenuhi oleh manajemen klub. Tuduhan indisipliner sempat dialamatkan kepadanya, namun Brandao membantah tuduhan tersebut dan justru mengungkap fakta yang menurutnya lebih fundamental.

"Jika menuntut pembayaran gaji dan pemenuhan hak-hak saya merupakan tindakan indisipliner, maka ada yang salah," tulis Brandao di akun Instagram pribadinya. Ia mempertanyakan alasan penundaan pembayaran gaji yang menurutnya tidak masuk akal, mengingat banyak pemain dan pelatih yang belum menerima gaji penuh untuk bulan Desember, Januari, dan Februari. Brandao juga menyoroti adanya denda sebesar 20% dari gaji yang menurutnya janggal karena tidak pernah ada pemberitahuan resmi dari klub.

Lebih lanjut, Brandao menjelaskan bahwa tim hukumnya telah mengirimkan pemberitahuan kepada klub terkait keterlambatan pembayaran gaji sesuai dengan aturan FIFA, namun pemberitahuan tersebut diabaikan oleh manajemen PSIS. Ia juga mengkritik model pembayaran yang diterapkan oleh klub, yang menurutnya tidak profesional.

"Model pembayaran yang diadopsi - Bermain dulu dan kemudian saya akan melihat apakah saya dibayar atau hanya yang bermain yang dibayar - tidak dapat diterima dan tidak profesional," tegas Brandao. Ia menilai bahwa masalah serius seperti ini harus ditangani dengan serius dan secara terbuka, karena banyak pemain yang memilih diam karena takut akan pembalasan.

Brandao juga mempertanyakan kebijakan klub yang memberikan bonus pertandingan sebesar 3 juta rupiah kepada setiap pemain, sementara gaji bulanan belum dibayarkan selama berbulan-bulan. Ia menilai bahwa tindakan ini hanya bertujuan untuk menciptakan citra positif di media sosial, namun tidak mengubah fakta bahwa klub memiliki tunggakan gaji kepada para pemain.

"Tidak masuk akal untuk membayar bonus pertandingan sebesar 3 juta (rupiah) kepada setiap atlet sementara gaji yang belum dibayarkan selama berbulan-bulan. Lebih jauh, mempublikasikan tindakan ini di media sosial untuk menciptakan citra realitas yang menyimpang tidak mengubah fakta," ujarnya.

Di akhir pernyataannya, Brandao menantang manajemen PSIS untuk memberikan bukti bahwa pembayaran penuh untuk bulan Desember, Januari, dan Februari telah dilakukan kepada semua pemain, atau hanya kepada pemain lokal dengan gaji yang lebih rendah. Ia menegaskan bahwa tidak ada pemain profesional yang akan mogok hanya karena keterlambatan pembayaran selama 12 hari, dan profesionalisme harus dimulai dengan melunasi utang dan menghormati komitmen yang telah dibuat.

Berikut poin-poin utama keluhan Evandro Brandao:

  • Tunggakan gaji selama berbulan-bulan (Desember, Januari, Februari).
  • Dugaan denda 20% tanpa pemberitahuan resmi.
  • Pengabaian pemberitahuan dari tim hukum terkait keterlambatan pembayaran.
  • Model pembayaran yang tidak profesional (bermain dulu baru dibayar).
  • Prioritas pemberian bonus pertandingan dibandingkan pembayaran gaji.
  • Kurangnya transparansi terkait pembayaran gaji.

Pernyataan terbuka Evandro Brandao ini tentu menjadi pukulan telak bagi citra PSIS Semarang. Kasus ini menyoroti pentingnya pengelolaan keuangan yang sehat dan profesional dalam sebuah klub sepak bola, serta komitmen untuk memenuhi hak-hak pemain sebagai aset utama tim. Dampak dari masalah ini bisa meluas, mempengaruhi moral pemain, performa tim, dan bahkan reputasi klub di mata pemain dan sponsor potensial.