Pidato Kenegaraan Trump Picu Perpecahan Tajam di Kongres AS
Pidato Kenegaraan Trump Picu Perpecahan Tajam di Kongres AS
Pidato kenegaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (4/3/2025) di Gedung Capitol telah memicu gelombang protes dan ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kongres. Suasana tegang menyelimuti ruang sidang, terutama setelah Trump melontarkan pernyataan kontroversial yang menyebut pendahulunya, Joe Biden, sebagai "presiden terburuk dalam sejarah." Pernyataan ini langsung disambut kecaman keras dari anggota Partai Demokrat, yang menganggapnya sebagai penghinaan dan sebuah kebohongan. Reaksi tersebut tak hanya berupa kritik verbal, namun juga tindakan nyata yang menunjukkan ketidaksetujuan yang mendalam terhadap kepemimpinan Trump.
Sejumlah anggota Partai Demokrat menunjukkan protes mereka secara terbuka. Anggota Kongres Al Green dari Texas, misalnya, secara lantang memprotes pidato tersebut dengan berteriak, "Anda tidak memiliki mandat!" Aksi Green ini disambut dengan upaya pembungkaman dari anggota Partai Republik yang berupaya membungkamnya dengan menyanyikan lagu-lagu patriotik. Namun, Green tetap pada pendiriannya dan akhirnya dikawal keluar ruang sidang di tengah cemoohan lawan politiknya. Protes lain datang dari anggota DPR Jasmine Crockett dari Texas, yang melepas jaketnya untuk memperlihatkan kaos bertuliskan "Resist" sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan pemerintahan Trump. Beberapa anggota Demokrat lainnya bahkan memilih meninggalkan ruang sidang sebelum Trump menyelesaikan pidato.
Selain protes terhadap pernyataan Trump mengenai Biden, pidato tersebut juga menyoroti perpecahan pendapat mengenai kebijakan luar negeri, khususnya terkait Ukraina. Banyak anggota parlemen mengenakan simbol warna kuning dan biru, mewakili bendera Ukraina, sebagai bentuk solidaritas dan kecaman atas kebijakan Trump yang memerintahkan penghentian sementara bantuan militer AS ke Kyiv. Tindakan ini menciptakan kontras tajam dengan pidato kenegaraan Joe Biden pada Maret 2022, yang disambut dengan dukungan lintas partai untuk Ukraina pasca invasi Rusia. Perbedaan sikap ini menggarisbawahi perbedaan mendasar antara kedua pemerintahan dalam hal kebijakan luar negeri dan aliansi internasional.
Bukan hanya soal Ukraina, isu hak-hak perempuan juga menjadi pemicu protes. Beberapa anggota Demokrat mengenakan pakaian berwarna merah muda sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan pemerintahan Trump yang dinilai merugikan perempuan. Kejadian ini menunjukkan betapa beragamnya isu yang memicu perpecahan di Kongres AS. Secara keseluruhan, pidato kenegaraan Trump kali ini menjadi refleksi dari polarisasi politik yang semakin tajam di Washington DC, di tengah dominasi narasi "America First" dalam pemerintahannya. Ketegangan yang muncul menunjukkan tantangan besar bagi pemerintahan Trump untuk membangun konsensus dan menjalin kerja sama lintas partai dalam menjalankan roda pemerintahan.
- Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Reaksi keras Partai Demokrat terhadap pernyataan Trump tentang Biden.
- Protes terbuka anggota Kongres Al Green dan Jasmine Crockett.
- Perbedaan sikap terhadap bantuan militer untuk Ukraina.
- Protes terkait kebijakan yang dinilai merugikan hak-hak perempuan.
- Kontras antara pidato Trump dan pidato Biden sebelumnya.
- Polarisasi politik yang semakin tajam di Washington DC.