Fenomena 'Baju Lebaran Core' di TikTok: Ketika Ekspektasi Bertabrakan dengan Realita Mode Hari Raya
Lebaran dan Tradisi Baju Baru: Evolusi Ekspresi Diri
Idul Fitri, momen kemenangan bagi umat Muslim setelah sebulan penuh berpuasa, identik dengan tradisi membeli dan mengenakan pakaian baru. Istilah "baju Lebaran" pun menjadi penanda persiapan menyambut hari raya. Jika dulu pria lazim memilih baju koko dipadu celana bahan atau jeans, dan wanita dengan gamis, tunik, kaftan atau abaya, kini tren tersebut mengalami metamorfosis.
Namun, Lebaran tahun ini diramaikan dengan fenomena unik di platform TikTok, yaitu tren "baju Lebaran core." Tagar ini menjadi wadah bagi warganet untuk membagikan pengalaman lucu dan tak terduga mereka dengan baju Lebaran yang jauh dari ekspektasi. Alih-alih busana elegan dan anggun, yang muncul justru koleksi pakaian yang bisa dibilang anti-mainstream dan mengundang gelak tawa.
Kisah di Balik Layar "Baju Lebaran Core"
Salah satu video viral diunggah oleh akun TikTok @mrvljvr, menampilkan dirinya mengenakan abaya yang dibeli ibunya secara daring. Klaim "abaya Turkey" dari Facebook ternyata berujung pada desain yang tak terduga. Alih-alih elegan, abaya tersebut justru didominasi motif harimau dan macan tutul dengan warna oranye menyala. Unggahan ini pun memicu komentar kocak dari warganet, yang mengaitkan abaya tersebut dengan lagu viral "Harimau Malaya."
"guys mak gua beli abaya turkey di fb yang datang malah kostum hawimau mana setengah juta," tulis akun tersebut.
Kisah serupa juga dibagikan oleh warganet lain yang mengaku kecewa dengan abaya Turkey yang mereka pesan. Seorang pengguna dengan akun @kiiraa.022 menulis, "akuu juga ka bli abaya turkey buat lebaran niat nya,ehh yg dtng mlh ky jubah bapa jelek bngt."
Akun @istmeyasin juga turut meramaikan tren ini dengan mengunggah kompilasi video yang menampilkan berbagai kegagalan fashion Lebaran. Ada gamis dengan ukuran kebesaran yang tampak seperti jubah, gamis yang panjangnya melebihi tinggi badan pemakai, hingga gamis putih dengan lengan balon yang bergelantungan di kusen pintu. Aksi kocak para pemilik baju Lebaran ini pun mengundang komentar jenaka dari warganet, yang menyamakan mereka dengan kuntilanak.
Lebih dari Sekadar Pakaian: Refleksi Budaya dan Humor di Era Digital
Fenomena "baju Lebaran core" bukan sekadar tren sesaat di media sosial. Ia merefleksikan bagaimana budaya dan humor berpadu di era digital. Di satu sisi, tradisi membeli baju baru untuk Lebaran tetap dipertahankan. Namun, di sisi lain, ada ruang untuk mengekspresikan diri secara kreatif dan unik, bahkan melalui kegagalan fashion sekalipun.
Tren ini juga menjadi pengingat bagi para pembeli daring untuk lebih berhati-hati dalam memilih produk, terutama pakaian. Deskripsi dan foto produk yang menarik tidak selalu menjamin kualitas dan tampilan yang sesuai ekspektasi. Namun, alih-alih menyesali, warganet justru memilih untuk menertawakan pengalaman mereka dan menjadikannya konten yang menghibur.
Kesimpulan
"Baju Lebaran core" adalah fenomena menarik yang menggambarkan pergeseran tren fashion Lebaran di era digital. Ia menjadi bukti bahwa humor dan kreativitas dapat ditemukan di mana saja, bahkan dalam pengalaman fashion yang kurang menyenangkan. Lebih dari itu, tren ini juga menjadi ajang silaturahmi virtual, di mana warganet dapat berbagi pengalaman, tertawa bersama, dan merayakan Lebaran dengan cara yang unik dan menghibur.