Kebijakan Energi Pemerintah Sambut Idul Fitri 2025: Tarif Listrik Stabil, Harga BBM Non-Subsidi Dipangkas
Kebijakan Energi Pemerintah Sambut Idul Fitri 2025: Tarif Listrik Stabil, Harga BBM Non-Subsidi Dipangkas
Jakarta - Pemerintah mengambil langkah strategis untuk meringankan beban ekonomi masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025. Melalui kebijakan yang berpihak pada konsumen, tarif listrik untuk periode kuartal II tahun 2025 dipastikan tidak mengalami kenaikan, dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi justru mengalami penurunan yang signifikan. Keputusan ini diumumkan sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga dan daya saing sektor usaha di tengah momentum perayaan Lebaran.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dalam keterangan resminya, menegaskan bahwa prioritas utama pemerintah adalah menjaga daya beli masyarakat. "Keputusan untuk mempertahankan tarif listrik di kuartal II 2025, sama dengan tarif pada kuartal I 2025, adalah bentuk komitmen pemerintah dalam meringankan beban pengeluaran masyarakat dan menjaga iklim usaha yang kondusif," ujarnya. Langkah ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap stabilitas ekonomi secara keseluruhan, khususnya menjelang dan selama periode Lebaran.
Tarif Listrik Stabil untuk Pelanggan Non-Subsidi dan Subsidi
Kabar baik ini berlaku untuk seluruh golongan pelanggan listrik. Sebanyak 13 golongan pelanggan non-subsidi PLN dipastikan tidak akan mengalami penyesuaian tarif pada periode April hingga Juni 2025. Lebih lanjut, 24 golongan pelanggan bersubsidi, yang mencakup sektor sosial, rumah tangga miskin, industri kecil, serta pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tetap akan menikmati subsidi listrik yang telah berjalan. Pemerintah memahami betul peran penting listrik dalam menunjang aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat, sehingga menjaga stabilitas tarif menjadi krusial.
Normalisasi tarif listrik yang sempat didiskon pada awal tahun juga menjadi perhatian. Diskon tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan rumah tangga dengan daya hingga 2.200 VA yang berlaku pada Januari-Februari 2025 telah berakhir pada 1 Maret 2025. Namun, pemerintah menjamin bahwa tarif normal yang berlaku sejak Maret akan tetap dipertahankan hingga kuartal II 2025.
Penurunan Harga BBM Non-Subsidi
Selain kabar baik mengenai tarif listrik, masyarakat juga diuntungkan dengan penurunan harga BBM non-subsidi yang diberlakukan oleh PT Pertamina (Persero) mulai 29 Maret 2025. Penyesuaian harga ini mencakup berbagai jenis BBM non-subsidi, termasuk:
- Pertamax
- Pertamax Turbo
- Dexlite
- Pertamina Dex
- Pertamax Green 95
Penurunan harga ini didasarkan pada Keputusan Menteri ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran BBM umum. Dengan adanya penyesuaian ini, diharapkan beban pengeluaran masyarakat untuk transportasi dapat berkurang, terutama dalam menghadapi mobilitas yang meningkat selama periode Lebaran.
Berikut adalah rincian harga BBM non-subsidi terbaru yang berlaku di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya:
- Pertamax: Rp 12.500 per liter (turun Rp 400)
- Pertamax Turbo: Rp 13.500 per liter (turun Rp 500)
- Dexlite: Rp 13.600 per liter (turun Rp 700)
- Pertamina Dex: Rp 13.900 per liter (turun Rp 700)
- Pertamax Green 95: Rp 13.250 per liter (turun Rp 450)
Perlu dicatat bahwa harga BBM dapat bervariasi di berbagai provinsi di Indonesia, tergantung pada kebijakan dan biaya distribusi yang berlaku di masing-masing daerah.
Dampak Positif Bagi Masyarakat dan Sektor Usaha
Keputusan pemerintah untuk menstabilkan tarif listrik dan menurunkan harga BBM non-subsidi diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat dan sektor usaha. Dengan biaya energi yang lebih terjangkau, daya beli masyarakat dapat terjaga, sehingga mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, sektor usaha juga akan merasakan manfaat dari penurunan biaya operasional, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing dan profitabilitas. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menciptakan iklim ekonomi yang kondusif dan berkelanjutan, terutama dalam menghadapi tantangan global dan fluktuasi harga energi dunia.