Gedung Putih Akhiri Investigasi Kebocoran Rencana Serangan Houthi: Kontroversi 'Signalgate' Ditutup

Gedung Putih Hentikan Penyelidikan Kebocoran Informasi Sensitif ke Media

Gedung Putih telah mengumumkan penutupan investigasi internal terkait insiden kebocoran informasi rahasia ke seorang jurnalis The Atlantic tentang rencana serangan militer Amerika Serikat terhadap kelompok Houthi di Yaman. Kontroversi yang kemudian dikenal sebagai 'Signalgate' ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk anggota parlemen dari Partai Demokrat yang menuntut akuntabilitas.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan. Namun, Leavitt tidak memberikan rincian spesifik mengenai langkah-langkah perbaikan yang dimaksud. Penutupan kasus ini mengindikasikan keinginan pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mengakhiri spekulasi terkait potensi hukuman bagi Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth, yang diduga terlibat dalam kebocoran informasi tersebut.

Reaksi Anggota Parlemen dan Ancaman Trump kepada Houthi

Anggota parlemen dari Partai Demokrat, Madeleine Dean, mengkritik keras penanganan kasus ini oleh pemerintahan Trump. Dean menuduh Partai Republik berusaha mengalihkan perhatian dari kesalahan serius yang dilakukan dengan mengungkapkan rencana militer yang sensitif. Melalui unggahan di media sosial, Dean menyerukan akuntabilitas dan jawaban yang transparan atas insiden 'Signalgate'.

Sementara itu, Presiden Trump memperbarui ancamannya terhadap kelompok Houthi. Trump memperingatkan akan meningkatkan serangan jika Houthi tidak menghentikan serangan terhadap kapal-kapal AS di wilayah tersebut. "Pilihan bagi Houthi jelas: Berhenti menembaki kapal-kapal AS dan kami akan berhenti menembaki Anda. Jika tidak, kita baru saja memulai, dan penderitaan yang sesungguhnya belum datang, baik bagi Houthi maupun sponsor mereka di Iran," tegas Trump.

Kronologi 'Signalgate': Jurnalis Masuk Grup Chat Rahasia

Kontroversi 'Signalgate' bermula ketika seorang jurnalis The Atlantic, Jeffrey Goldberg, secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam grup chat aplikasi pesan Signal yang beranggotakan pejabat tinggi keamanan nasional pemerintahan Trump. Goldberg kemudian mempublikasikan artikel yang mengungkap isi percakapan dalam grup chat tersebut, termasuk rincian rencana serangan militer terhadap Houthi.

Goldberg menjelaskan bahwa dirinya dimasukkan ke dalam grup chat bernama 'Houthi PC small group' oleh Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz pada 13 Maret. Grup chat tersebut berfokus pada koordinasi tindakan terkait Houthi. Selain Waltz, grup chat tersebut juga beranggotakan 17 pejabat senior AS lainnya, termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Utusan Khusus Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff, dan Direktur CIA John Ratcliffe.

Rincian Operasi Militer Terungkap dalam Grup Chat

Artikel yang ditulis Goldberg mengungkapkan bahwa salah satu topik utama yang dibahas dalam grup chat adalah rencana operasi militer terhadap Houthi. Menteri Pertahanan Pete Hegseth bahkan membagikan rincian operasional serangan, termasuk target, jenis senjata yang digunakan, dan urutan serangan, pada 15 Maret, hari dimulainya serangan udara AS terhadap Houthi.

Insiden 'Signalgate' telah menimbulkan pertanyaan serius tentang keamanan informasi dan protokol komunikasi di kalangan pejabat tinggi pemerintahan AS. Penutupan investigasi oleh Gedung Putih tanpa penjelasan rinci mengenai langkah-langkah perbaikan yang diambil kemungkinan akan terus memicu kontroversi dan tuntutan akuntabilitas dari berbagai pihak.