Ancaman Perang Tarif AS Hantui IHSG Pasca Libur Panjang, Rupiah Berpotensi Melemah
Pasar Modal Indonesia di Bawah Tekanan: Perang Tarif AS Bayangi IHSG
Pasar modal Indonesia bersiap menghadapi gelombang tekanan setelah libur panjang, dengan ancaman perang tarif yang diinisiasi oleh Amerika Serikat menjadi faktor utama kekhawatiran. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi berpotensi mengalami koreksi lebih dalam seiring dengan ekspektasi pengumuman kebijakan perdagangan baru oleh Presiden AS, yang diperkirakan akan memicu aksi balasan dari negara-negara mitra dagang.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menyampaikan pandangannya mengenai prospek pasar setelah pembukaan kembali pada 8 April 2025. Ia mengantisipasi adanya pelemahan pada IHSG dan penguatan Dolar AS sebagai respons terhadap potensi perang dagang. Pernyataan ini bertentangan dengan beberapa pihak yang mengharapkan penguatan IHSG setelah libur panjang.
"Eskalasi ketegangan perdagangan sudah saya prediksi sebelumnya, terutama dengan potensi pelebaran defisit fiskal. Saya tidak terlalu yakin IHSG akan menguat saat dibuka kembali," ujar Ibrahim. Ia menambahkan bahwa ketidakpastian ini diperburuk oleh absennya intervensi dari Bank Indonesia (BI) selama masa libur.
Rupiah Rentan Terhadap Tekanan
Selain IHSG, nilai tukar Rupiah juga diproyeksikan mengalami tekanan akibat minimnya intervensi dari BI. Kondisi ini membuat Rupiah rentan terhadap sentimen negatif dari pasar global. Ibrahim memperkirakan pelemahan Rupiah dapat berlanjut hingga mendekati level Rp 17.000 per Dolar AS, tergantung pada dinamika perdagangan internasional yang akan terjadi.
"Tanpa intervensi BI, Rupiah berpotensi melemah signifikan. Kita akan lihat pergerakannya di pasar pada hari Rabu (2 April 2025)," jelasnya.
Dampak Perang Dagang Bagi Indonesia
Lebih lanjut, Ibrahim menekankan pentingnya mencermati pengumuman resmi dari Presiden AS pada 2 April 2025. Ia mengingatkan bahwa Indonesia juga berpotensi terkena dampak dari perang dagang ini, mengingat kondisi ekonomi global yang tengah mengalami berbagai tantangan. Pemerintah Indonesia diharapkan dapat mengambil langkah antisipatif dan responsif jika Indonesia termasuk dalam daftar negara yang terkena dampak kebijakan perdagangan AS.
"Kita belum tahu apakah Indonesia akan terkena imbas perang dagang. Pemerintah perlu siap merespons dengan cepat jika Indonesia termasuk negara yang surplus," pungkas Ibrahim. Ia menambahkan bahwa hampir semua negara saat ini tengah menghadapi masalah ekonomi, dan Indonesia perlu bersiap menghadapi berbagai skenario yang mungkin terjadi.
Daftar Faktor yang Mempengaruhi Pasar:
- Perang Tarif AS: Kebijakan perdagangan baru AS dan potensi pembalasan dari negara lain.
- Defisit Fiskal: Potensi pelebaran defisit fiskal Indonesia.
- Intervensi BI: Absennya intervensi Bank Indonesia selama libur panjang.
- Sentimen Pasar Global: Reaksi pasar terhadap isu perang dagang.
- Kondisi Ekonomi Global: Tantangan ekonomi yang dihadapi oleh berbagai negara.