Erosi Keteladanan di Indonesia: Rektor UII Soroti Krisis Integritas dan Dampaknya pada Masa Depan Bangsa
Krisis Keteladanan Menggerogoti Sendi-Sendi Bangsa
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Fathul Wahid, dalam sebuah diskusi mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam terhadap kondisi bangsa Indonesia saat ini. Beliau menilai bahwa akar dari berbagai permasalahan yang melanda negeri ini adalah hilangnya keteladanan dari para pemimpin dan tokoh publik.
Fathul Wahid mengingatkan kita pada sosok-sosok negarawan terdahulu seperti Mohammad Hatta, Agus Salim, Hoegeng Iman Santoso, dan Baharuddin Lopa. Mereka adalah figur-figur yang menjunjung tinggi integritas, konsisten antara perkataan dan perbuatan, serta berani membedakan antara hak milik pribadi dan kepentingan publik. Keteladanan mereka menjadi kompas moral bagi bangsa.
Namun, kini, praktik korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan seolah menjadi hal yang lumrah. Para pemimpin yang seharusnya menjadi panutan justru terlibat dalam pelanggaran, menormalisasi kesalahan, dan bahkan memamerkan kecurangan. Kondisi ini menyebabkan bangsa Indonesia mengalami krisis keteladanan yang serius.
Dampak Erosi Kepercayaan dan Harapan
Krisis keteladanan ini berdampak pada merosotnya kepercayaan publik terhadap para pemimpin dan lembaga-lembaga negara. Masyarakat menjadi skeptis dan apatis terhadap perubahan. Hilangnya kepercayaan ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Fathul Wahid menyoroti inkonsistensi antara ucapan dan tindakan para tokoh publik. Misalnya, ada yang lantang menyerukan pemberantasan korupsi, namun pada kenyataannya justru terlibat dalam praktik korupsi atau tebang pilih dalam penegakan hukum. Kemunafikan seperti ini sangat berbahaya karena meruntuhkan kredibilitas dan integritas para pemimpin.
"Itu kan menakutkan, akhirnya kita jadi kesulitan yang kita percaya siapa? Ketika tingkat kepercayaan turun sebagai bangsa, ini tanda-tanda yang tidak bagus," ujar Fathul Wahid.
Jika kondisi ini terus berlanjut, Fathul Wahid khawatir Indonesia akan menghadapi masa depan yang suram. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak usia dini melalui pendidikan.
Pendidikan Sebagai Solusi Jangka Panjang
Fathul Wahid meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengatasi krisis keteladanan ini. Pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan integritas kepada generasi muda. Dengan demikian, diharapkan para generasi muda akan menjadi pemimpin yang amanah, jujur, dan bertanggung jawab.
Namun, Fathul Wahid juga mengakui bahwa tidak semua lembaga pendidikan mampu menjalankan peran ini dengan baik. Ada perguruan tinggi yang telah terkooptasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menjaga independensi dan integritas lembaga pendidikan.
Fathul Wahid mencontohkan kasus yang terjadi di salah satu kampus di Jakarta. Ia khawatir jika kasus serupa terjadi di seluruh kampus di Indonesia, maka citra dunia akademik Indonesia akan tercoreng di mata internasional. Padahal, reputasi baik adalah aset utama bagi para akademisi.
"Contoh kalau kasus yang terjadi di kampus di Jakarta itu menjadi preseden dan semua kampus di Indonesia seperti itu, kita bisa bayangkan dalam konteks global bagaimana kawan-kawan di luar Indonesia itu melihat dunia akademik di Indonesia kalau mereka sampai tidak percaya dengan akademisi di Indonesia. Kan jadi masalah. Padahal akademisi yang dipunyai kan cuma nama baik, harta enggak punya banyak. Kalau nama baik sudah dijual, punya apa lagi? Ini kan mengkhawatirkan," jelas Fathul Wahid.
Melawan Industrialisasi Pendidikan
Fathul Wahid juga menyoroti fenomena industrialisasi pendidikan yang semakin marak. Pendidikan telah menjadi ajang bisnis dan komersialisasi. Hal ini menyebabkan nilai-nilai dasar kampus tergerogoti.
"Akibatnya adalah ada pendekatan-pendekatan yang itu bisa jadi sampai level tertentu atau bahkan bisa sampai sangat akut itu menggerogoti nilai-nilai dasar kampus. Sebagai contoh komersialisasi atas nama keberlanjutan untuk mendapatkan uang dan lain-lain. Akhirnya yang terjadi apa, anak bangsa yang secara intelektual mampu tapi secara finansial tidak beruntung, tidak punya kesempatan," papar Fathul Wahid.
Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk melawan industrialisasi pendidikan dan memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Kampus harus tetap memberikan kesempatan bagi semua kalangan untuk mengakses pendidikan tinggi.
Langkah Konkret untuk Pemulihan
Fathul Wahid menyerukan langkah-langkah konkret untuk memulihkan keteladanan di Indonesia. Ia menekankan pentingnya membuat keputusan yang sesuai dengan norma internasional dan akal sehat. Kebijakan yang baik dan benar tidak akan menimbulkan penolakan dari publik.
Selain itu, ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mengawasi jalannya pemerintahan dan memberikan masukan yang konstruktif. Dengan demikian, diharapkan Indonesia dapat keluar dari krisis keteladanan dan membangun masa depan yang lebih baik.