Ericsson: Potensi Keuntungan Besar Industri Telekomunikasi Indonesia di Era 5G Advanced

Ericsson: Potensi Keuntungan Besar Industri Telekomunikasi Indonesia di Era 5G Advanced

Dalam pameran Mobile World Congress (MWC) 2025 di Barcelona, Spanyol, Ericsson memamerkan sejumlah teknologi terdepan yang diyakini mampu mendongkrak profitabilitas industri telekomunikasi Indonesia. Andres Vicente, SVP and Head of Ericsson South East Asia Oceania and India, menyatakan bahwa inovasi-inovasi seperti 5G Advanced, otomatisasi jaringan berbasis kecerdasan buatan (AI), dan solusi jaringan terbaru, sangat krusial bagi Indonesia dalam memperluas jangkauan 5G, mendorong digitalisasi, dan mendukung visi pemerintah.

Vicente menekankan bahwa perluasan jaringan 5G membuka peluang pendapatan baru bagi operator telekomunikasi, dengan catatan mereka menerapkan strategi layanan yang tepat. Ericsson mengidentifikasi empat pilar utama untuk memaksimalkan pendapatan:

  1. Enchanced Mobile Broadband (eMBB): Teknologi ini menawarkan peningkatan kapasitas hingga 10 kali lipat dengan efisiensi energi dan biaya yang lebih baik.
  2. Diferensiasi Fixed Wireless Access (FWA) dan Wireless WAN: Menargetkan konsumen rumah tangga dan pelaku usaha dengan solusi konektivitas nirkabel yang handal.
  3. Solusi Konektivitas yang Dikustomisasi: Menawarkan solusi konektivitas yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik konsumen dan kemampuan masing-masing operator.
  4. Network API: Memberdayakan pengembang untuk menciptakan aplikasi dan layanan baru yang menghasilkan pendapatan, memungkinkan permintaan kapasitas jaringan yang spesifik berdasarkan kebutuhan keamanan, latensi rendah, atau bandwidth tinggi.

Namun, Vicente juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam pengembangan industri telekomunikasi di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa cakupan wilayah Indonesia yang luas dan keterbatasan kemampuan operator telekomunikasi menuntut intervensi pemerintah untuk memastikan penetrasi jaringan yang merata. Subsidi pemerintah untuk pembangunan infrastruktur jaringan, seperti pembangunan menara BTS (Base Transceiver Station), dapat membantu meningkatkan konektivitas di daerah pedesaan. Selain itu, regulasi yang mendorong ekosistem inovasi dan pengembangan startup juga sangat krusial.

Lebih jauh, Vicente menekankan bahwa operator telekomunikasi tidak hanya perlu fokus pada infrastruktur, tetapi juga harus mampu menawarkan solusi enterprise yang komprehensif. Hal ini mencakup penyediaan jaringan privat, layanan 5G premium, solusi untuk pabrik cerdas, sistem logistik berbasis AI, dan aplikasi berbasis Augmented Reality/Virtual Reality (AR/VR). Monetisasi layanan, bukan hanya infrastruktur, menjadi kunci kesuksesan dalam industri ini.

Secara keseluruhan, Ericsson optimistis terhadap masa depan industri telekomunikasi Indonesia. Dengan strategi yang tepat, investasi dalam teknologi terkini, dan dukungan pemerintah yang konsisten, industri ini berpotensi menghasilkan keuntungan yang sangat besar di era 5G Advanced dan seterusnya.