Kolak Srikaya Kauman: Tradisi Kuliner Ramadan Sidoarjo yang Terancam Punah

Kolak Srikaya Kauman: Tradisi Kuliner Ramadan Sidoarjo yang Terancam Punah

Di tengah ramainya sajian berbuka puasa modern, sebuah kuliner tradisional asal Sidoarjo, Jawa Timur, berupaya mempertahankan eksistensinya: kolak srikaya. Meskipun namanya mengandung kata 'srikaya', hidangan manis ini justru tidak menggunakan buah srikaya sebagai bahan utamanya. Kolak srikaya Kauman, demikian ia dikenal, menawarkan cita rasa yang jauh lebih manis dibandingkan kolak pada umumnya, menjadikannya hidangan favorit bagi banyak warga Sidoarjo selama bulan Ramadan. Namun, keberlangsungan tradisi kuliner ini kini dihadapkan pada tantangan yang cukup serius.

Keunikan kolak srikaya terletak pada proses pembuatannya yang khas dan penggunaan bahan-bahan pilihan. Bahan-bahan seperti santan kental, daun pandan, pisang raja, roti tawar, kolang-kaling, telur, vanili cair, dan gula, semua dikukus bersama selama 20-25 menit untuk menghasilkan tekstur dan rasa yang sempurna. Hasilnya adalah hidangan manis legit yang mampu mengobati dahaga dan melepas lelah setelah seharian berpuasa. Ifa Mutia, salah satu perajin kolak srikaya yang ditemui pada Senin (3/3/2025) oleh detikjatim, menjelaskan bahwa setiap harinya ia mampu menghabiskan 200 mangkok kolak srikaya. Jumlah ini bahkan meningkat hingga 300 mangkok pada akhir pekan, seiring dengan meningkatnya permintaan.

Namun, di balik popularitasnya, terdapat kekhawatiran akan kelestarian kolak srikaya ini. Ifa mengungkapkan bahwa jumlah penjual kolak srikaya di Kauman, Sidoarjo, semakin berkurang dari tahun ke tahun. Meskipun hanya bisa ditemukan di daerah tersebut, semakin sulitnya menemukan penjual kolak srikaya menjadi pertanda ancaman terhadap kelestarian kuliner tradisional ini. Hal ini mendorong Ifa untuk terus mempertahankan resep warisan leluhur yang telah ia jalani selama 15 tahun terakhir.

"15 tahun lalu saya mengawali menjual, hingga saat ini tetap berjualan kolak srikaya ini. Kami tetap berusaha mempertahankan kuliner khas Sidoarjo ini agar tidak punah," ungkap Ifa dengan penuh semangat. Kegigihan Ifa mendapat apresiasi dari para pelanggan setianya. Nursanti (26), warga Tanggulangin, misalnya, mengaku selalu menyempatkan diri untuk membeli kolak srikaya setiap Ramadan karena cita rasa manis dan legitnya yang khas. Senada dengan Nursanti, Dinda (19) menambahkan bahwa kolak srikaya telah menjadi hidangan wajib keluarganya saat berbuka puasa, karena kelezatan dan harga yang terjangkau.

Kolak srikaya Kauman bukan sekadar hidangan berbuka puasa, tetapi juga representasi dari kekayaan kuliner tradisional Sidoarjo. Tantangan yang dihadapi para perajin kolak srikaya ini menyoroti pentingnya upaya pelestarian kuliner tradisional agar tetap lestari dan dinikmati oleh generasi mendatang. Upaya pelestarian ini tidak hanya tanggung jawab perajin, tetapi juga masyarakat luas yang turut serta menjaga kelangsungan tradisi kuliner warisan leluhur.

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu melestarikan kolak srikaya:

  • Mendukung para penjual kolak srikaya lokal dengan cara membeli dan menyebarkan informasi mengenai keberadaan mereka.
  • Membantu mempromosikan kolak srikaya melalui media sosial dan platform lainnya.
  • Menggali dan mendokumentasikan resep serta proses pembuatan kolak srikaya untuk mencegah kepunahannya.
  • Mengajak generasi muda untuk belajar dan meneruskan tradisi pembuatan kolak srikaya.