Rupiah Tertekan, Dolar AS Sentuh Level Tertinggi dalam Beberapa Tahun
Rupiah Melemah, Dolar AS Menguat Signifikan
Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (4/4/2025), dengan mata uang Paman Sam menembus level Rp 16.745. Ini merupakan level tertinggi yang dicapai dolar AS dalam beberapa tahun terakhir, memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan pengamat ekonomi.
Menurut data Bloomberg, pada pukul 09.06 WIB, nilai tukar dolar AS berada di posisi Rp 16.745, mengalami kenaikan sebesar 33 poin atau 0,20% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya. Dolar AS dibuka pada level Rp 16.718 pagi ini, menunjukkan momentum penguatan yang kuat sejak awal perdagangan.
Pergerakan dolar AS terhadap mata uang global lainnya menunjukkan tren yang bervariasi. Dolar AS tercatat menguat terhadap dolar Australia sebesar 0,17%. Namun, mata uang ini mengalami pelemahan terhadap beberapa mata uang utama lainnya, seperti:
- Dolar Singapura: Turun 0,02%
- Euro: Turun 0,11%
- Yuan China: Turun 0,01%
- Yen Jepang: Turun 0,03%
Sementara itu, data dari Reuters menunjukkan bahwa dolar AS berada di level Rp 16.618, naik 58 poin atau 0,35%. Pergerakan dolar AS tercatat berada dalam rentang Rp 16.565 hingga Rp 16.618 pada hari ini. Dalam periode 52 minggu terakhir, pergerakan dolar AS berkisar antara Rp 15.060 hingga Rp 16.640, menunjukkan volatilitas yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Kenaikan nilai tukar dolar AS ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk:
- Kebijakan Moneter AS: Ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi di AS terus mendorong permintaan terhadap dolar.
- Ketidakpastian Global: Kondisi ekonomi global yang tidak pasti, termasuk tensi geopolitik dan kekhawatiran resesi, membuat investor mencari aset yang aman (safe haven) seperti dolar AS.
- Faktor Domestik: Beberapa faktor domestik, seperti neraca perdagangan dan sentimen pasar, juga turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Para analis memperkirakan bahwa tekanan terhadap rupiah masih akan berlanjut dalam jangka pendek, mengingat sentimen pasar yang masih didominasi oleh penguatan dolar AS. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Namun, efektivitas intervensi BI juga akan bergantung pada faktor eksternal, terutama kebijakan moneter AS dan sentimen pasar global. Pemerintah dan BI perlu berkoordinasi untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan menarik investasi asing guna memperkuat fundamental rupiah dalam jangka panjang.