JPMorgan Naikkan Proyeksi Resesi Global Jadi 60% Akibat Kebijakan Tarif Impor Trump
JPMorgan: Kebijakan Tarif Impor Trump Tingkatkan Risiko Resesi Global Secara Signifikan
Lembaga keuangan global, JPMorgan Chase, menyoroti potensi dampak negatif dari kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Dalam laporan riset terbaru yang ditujukan kepada klien, ekonom JPMorgan, termasuk Bruce Kasman, memperingatkan bahwa risiko resesi global telah meningkat tajam, dari sebelumnya 40% menjadi 60%. Pemicunya adalah pengumuman tarif impor baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.
Rincian Kebijakan Tarif Impor Trump
Pada awal April 2025, Trump mengumumkan penerapan tarif sebesar 10% untuk semua barang impor yang masuk ke Amerika Serikat. Selain itu, tarif yang lebih tinggi dikenakan pada 60 negara mitra dagang yang mengalami defisit neraca perdagangan dengan AS. Kebijakan ini menyasar negara-negara seperti China, Jepang, dan negara-negara anggota Uni Eropa. Tarif baru ini juga menambah beban tarif yang sudah ada terhadap mitra dagang utama AS, yaitu Kanada dan Meksiko.
Dampak Kebijakan Menurut JPMorgan
"Kebijakan AS yang mengganggu telah diidentifikasi sebagai risiko terbesar terhadap prospek ekonomi global sepanjang tahun ini," demikian pernyataan dalam laporan riset JPMorgan. Tim ekonom JPMorgan menekankan bahwa kebijakan perdagangan AS telah berubah secara signifikan, menjadi kurang bersahabat bagi bisnis daripada perkiraan sebelumnya.
Kasman menjelaskan bahwa tarif pada dasarnya merupakan kenaikan pajak atas pembelian barang impor oleh rumah tangga dan bisnis di AS. Peningkatan biaya impor akibat tarif Trump diperkirakan akan mendorong kenaikan harga berbagai barang, mulai dari komoditas dasar seperti kopi dan gula hingga produk-produk konsumen seperti pakaian, mobil, dan peralatan rumah tangga.
Analisis Mendalam JPMorgan
Para analis JPMorgan menemukan bahwa pengumuman tarif baru, yang menyusul kenaikan tarif sebelumnya, telah meningkatkan tarif pajak rata-rata di AS sekitar 22 poin persentase, menjadi sekitar 24%. Angka ini setara dengan sekitar 2,4% dari total nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri (PDB). JPMorgan memperingatkan bahwa "kenaikan sebesar ini setara dengan kenaikan pajak terbesar sejak Perang Dunia II."
Dampak dari kebijakan tarif ini dapat diperburuk oleh tindakan pembalasan dari negara lain, penurunan sentimen bisnis di AS, dan gangguan pada rantai pasokan global. Jika kebijakan ini dipertahankan, JPMorgan meyakini bahwa kebijakan ini berpotensi mendorong ekonomi AS, dan mungkin juga ekonomi global, ke dalam resesi pada tahun ini. Pembaruan perkiraan probabilitas resesi oleh JPMorgan mencerminkan kekhawatiran ini, dengan meningkatkan risiko resesi tahun ini menjadi 60%.
Peluang dan Harapan
Namun, JPMorgan menekankan bahwa resesi AS atau global bukanlah kepastian. Mereka mencatat bahwa tindakan kebijakan dapat diubah dalam beberapa minggu mendatang. Selain itu, ekspansi ekonomi AS dan global saat ini masih relatif kuat dan mampu menahan guncangan ekonomi dengan skala menengah.
Saat ini, JPMorgan melihat implementasi penuh kebijakan tarif yang diumumkan sebagai guncangan ekonomi makro yang signifikan, yang tidak akan mudah dipulihkan jika kebijakan Trump terus berlanjut.