Papua Waspada! Ancaman Megathrust dan Sesar Aktif, Mitigasi Jadi Kunci Keselamatan

Ancaman Gempa Megathrust dan Sesar Aktif Mengintai Papua, Masyarakat Diminta Tingkatkan Kesiapsiagaan

Jayapura, Papua – Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura mengeluarkan peringatan penting bagi masyarakat Papua terkait potensi ancaman gempa bumi, khususnya dari sumber megathrust dan sesar aktif. Mengingat ketidakmampuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini untuk memprediksi secara pasti kapan dan di mana gempa akan terjadi, kesiapsiagaan dan mitigasi menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko bencana.

Kepala BMKG Wilayah V Jayapura, Yustus Rumakiek, menekankan bahwa wilayah Papua secara tektonik memiliki kompleksitas tinggi dengan keberadaan dua sumber gempa bumi utama di laut utara Papua, yaitu Papua Megathrust dan Manokwari Thrust. Papua Megathrust berpotensi menghasilkan gempa dengan magnitudo maksimum M8.7, sementara Manokwari Thrust berpotensi mencapai M7.6. Lebih lanjut, Yustus menjelaskan, "Kedua sumber gempa ini berpotensi memicu tsunami jika terjadi gempa bumi berkekuatan besar." Catatan sejarah menunjukkan bahwa Papua Megathrust pernah memicu tsunami dahsyat di Biak pada tahun 1996 dengan ketinggian mencapai 7,7 meter, mengakibatkan ratusan korban jiwa dan kerusakan signifikan.

Selain ancaman dari megathrust, Papua juga memiliki sejumlah patahan aktif di darat yang berpotensi menyebabkan gempa bumi merusak. Patahan-patahan ini termasuk Sesar Sorong, Sesar Yapen, Lajur Anjak Mamberamo, serta sesar-sesar lain yang belum teridentifikasi secara detail di sekitar Pulau Papua. Keberadaan patahan-patahan ini menambah kompleksitas ancaman gempa bumi di wilayah tersebut.

Sejarah Mencatat: Tsunami di Papua Akibat Aktivitas Megathrust

Untuk menggambarkan betapa berbahayanya ancaman ini, BMKG mengingatkan kembali kejadian tsunami yang pernah melanda Papua:

  • Tsunami Biak (1996): Dipicu oleh gempa M 8.2 dari Papua Megathrust, tsunami setinggi 7,7 meter menghantam Biak, menewaskan 107 orang dan menyebabkan 51 orang hilang.
  • Tsunami Manokwari (2009): Gempa M 7.6 dari Manokwari Thrust memicu tsunami setinggi 1,8 meter yang menyebabkan 4 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.

Langkah Mitigasi yang Harus Dilakukan:

Mengingat potensi ancaman yang besar dan ketidakpastian waktu kejadian gempa, BMKG mengimbau masyarakat Papua untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan melakukan langkah-langkah mitigasi konkret. Langkah-langkah tersebut meliputi:

  • Tidak mempercayai berita hoaks: Hanya percayai informasi resmi dari BMKG dan sumber-sumber terpercaya lainnya.
  • Membangun rumah tahan gempa: Upayakan membangun rumah sesuai dengan standar bangunan tahan gempa.
  • Menyiapkan rencana evakuasi: Susun rencana evakuasi keluarga dan berlatih secara rutin.
  • Menyiapkan tas siaga bencana: Siapkan tas siaga bencana yang berisi kebutuhan dasar seperti makanan, air minum, obat-obatan, dan perlengkapan penting lainnya.
  • Mengenali tanda-tanda tsunami: Pelajari tanda-tanda alami tsunami seperti air laut surut secara tiba-tiba.
  • Berpartisipasi dalam pelatihan dan simulasi: Ikuti pelatihan dan simulasi yang diselenggarakan oleh BPBD atau organisasi terkait lainnya.

"Kita harus mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah Papua merupakan kawasan rawan gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengabaikan atau melupakan sejarah kegempaan dan tsunami yang pernah terjadi," tegas Yustus. Dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan melakukan langkah-langkah mitigasi yang tepat, diharapkan masyarakat Papua dapat mengurangi risiko dan dampak buruk akibat gempa bumi dan tsunami.