Tingginya Angka Penyakit Tidak Menular di Indonesia Dorong Pentingnya Literasi Label Nutrisi

Tingginya Angka Penyakit Tidak Menular di Indonesia Dorong Pentingnya Literasi Label Nutrisi

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mengungkap fakta mengkhawatirkan mengenai pola konsumsi masyarakat Indonesia. Sebanyak 47 persen penduduk Indonesia mengonsumsi gula melebihi batas harian yang direkomendasikan, sementara 45 persen mengonsumsi garam berlebih. Angka ini diperparah dengan temuan bahwa 30 persen masyarakat mengonsumsi lemak tinggi. Pola konsumsi yang tidak sehat ini berkorelasi langsung dengan peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM). Lonjakan kasus diabetes pada anak, misalnya, mencapai hampir 70 kali lipat dalam dekade terakhir. Tren serupa juga terlihat pada kasus hipertensi dan penyakit jantung, yang kini menjadi beban utama pembiayaan kesehatan nasional.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid, dalam diskusi detikcom Leaders Forum, Jumat (28/2/2025), menekankan peningkatan tren PTM seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan kanker sejak 2019. Beliau menghubungkan hal ini secara langsung dengan kebiasaan pola makan masyarakat. Risiko penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular sangat dipengaruhi oleh asupan makanan. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan memahami label nutrisi menjadi kunci utama bagi masyarakat untuk membuat pilihan makanan yang lebih sehat dan bergizi.

Ironisnya, kesadaran masyarakat Indonesia terkait membaca label pangan masih sangat rendah. Data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) tahun 2013 menunjukkan hanya 7,9 persen masyarakat yang rajin membaca label nutrisi sebelum membeli produk. Rendahnya literasi ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pencegahan PTM. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan sistem pelabelan yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat luas. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI saat ini sedang mengembangkan aturan baru yang mengadopsi sistem 'Nutri Grade' dari Singapura, dengan memberikan penandaan khusus berdasarkan kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) dalam suatu produk pangan.

Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa aturan baru ini diharapkan dapat melindungi industri pangan dalam menghasilkan produk yang lebih sehat, sekaligus memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memilih makanan sehat. Upaya ini merupakan langkah strategis untuk menekan angka PTM yang terus meningkat. Untuk memahami lebih dalam tentang pentingnya literasi label nutrisi dan bagaimana cara membacanya secara efektif, masyarakat dapat menyaksikan tayangan ulang detikcom Leaders Forum 'Bijak Membaca Label Nutrisi' di kanal TikTok dan Instagram @detikcom pada Kamis, 6 Maret 2025, pukul 13.00 WIB.

Kesimpulan: Peningkatan kasus penyakit tidak menular di Indonesia mendesak perlunya peningkatan literasi kesehatan masyarakat, khususnya dalam memahami label nutrisi. Melalui edukasi dan regulasi yang tepat, diharapkan masyarakat dapat membuat pilihan konsumsi yang lebih sehat, sehingga menurunkan angka kejadian PTM dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.