Ancaman Tarif Trump Hantui IHSG Pasca Libur Panjang: Potensi Trading Halt Mencuat?
Pasar Modal Dihantui Kebijakan Tarif Trump: IHSG Berpotensi Alami Trading Halt
Jakarta - Pasar modal Indonesia bersiap menghadapi tantangan berat pasca libur panjang Nyepi dan Lebaran 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan mengalami tekanan signifikan, bahkan berpotensi memicu trading halt akibat sentimen negatif global yang dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.
Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan bahwa perdagangan saham pada hari pertama pasca libur panjang akan diwarnai aksi jual masif, berpotensi menyeret IHSG ke zona merah dengan penurunan antara 2 hingga 3 persen. Lebih lanjut, ia mewanti-wanti, pelemahan nilai tukar rupiah di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) dapat memperparah situasi, meningkatkan risiko trading halt apabila IHSG anjlok lebih dari 5 persen.
"Pembukaan pasar kemungkinan akan langsung diwarnai tekanan jual. Jika pelemahan mencapai 2 persen sekitar pukul 11.00 atau 12.00 WIB, bursa akan melakukan pengawasan intensif sesuai dengan regulasi yang berlaku. Penurunan 3-5 persen akan memicu warning, dan di atas 5 persen, suspend atau trading halt sangat mungkin terjadi," ujar Ibrahim.
Trading halt atau penghentian sementara perdagangan, menurut Ibrahim, bertujuan untuk meredam kepanikan pasar di tengah ketidakpastian global. Ia menambahkan, IHSG berpotensi tertekan hingga 5-7 persen akibat kombinasi faktor, termasuk data tenaga kerja AS yang solid melampaui ekspektasi, sinyal hawkish dari The Federal Reserve yang mengindikasikan suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama, serta dampak negatif dari kebijakan tarif Trump yang memicu perang dagang.
"Trump menerapkan bea impor yang tinggi hampir ke semua negara, termasuk Indonesia dengan tarif 32 persen. Hal ini memaksa Indonesia untuk melakukan negosiasi ulang dengan AS," jelasnya.
Selain itu, kondisi geopolitik di Eropa dan kekhawatiran akan resesi global yang mendorong para konglomerat di Eropa dan AS untuk menumpuk dana tunai juga turut membebani sentimen pasar. Aksi demonstrasi di berbagai negara bagian AS yang mengecam kebijakan Trump juga memperburuk persepsi investor terhadap stabilitas ekonomi global.
"Kekecewaan masyarakat AS terhadap kebijakan Trump berpotensi memicu aksi jual di pasar saham, yang pada akhirnya dapat mendorong SRO untuk melakukan suspend perdagangan," pungkas Ibrahim.
Secara teknikal, Ibrahim memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam tren pelemahan dengan area support di level 6.290–6.312 dan resistance di kisaran 6.660. Meskipun tren jangka pendek IHSG sempat menunjukkan penguatan menjelang libur bursa, kekhawatiran terhadap dampak tarif Trump menjadi katalis negatif utama yang dapat menahan laju kenaikan.
Tekanan terhadap IHSG tidak hanya berasal dari sentimen global, tetapi juga dari risiko domestik seperti potensi penyempitan surplus perdagangan dan depresiasi rupiah. Sebagai informasi, sebelum masa libur Nyepi dan Lebaran 2025, IHSG berada di level 6.510,62 atau naik 0,59 persen (38,26 poin) dibandingkan pembukaan hari itu, Kamis (27/4/2025).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi IHSG:
- Kebijakan tarif Donald Trump
- Data tenaga kerja AS
- Kebijakan suku bunga The Federal Reserve
- Kondisi geopolitik di Eropa
- Kekhawatiran resesi global
- Nilai tukar rupiah
- Surplus perdagangan Indonesia
Level Support dan Resistance IHSG:
- Support: 6.290–6.312
- Resistance: 6.660