Kasus Kematian Mahasiswa UKI: Keluarga Desak Transparansi, Polisi Klaim Usut Tuntas

Keluarga Mahasiswa UKI Korban Kekerasan Mendesak Transparansi Penyelidikan

Kasus kematian Kenzha Ezra Walewangko, mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), terus menuai sorotan. Keluarga korban mendesak pihak kepolisian untuk bertindak transparan dan segera mengungkap penyebab pasti kematian Kenzha yang terjadi pada awal Maret lalu. Desakan ini muncul lantaran keluarga merasa belum mendapatkan informasi yang jelas terkait hasil otopsi dan perkembangan penyelidikan.

E.H. Happy Walewangko, ayahanda Kenzha, mengungkapkan kekecewaannya atas lambannya proses penyidikan. Ia berharap polisi tidak menutup-nutupi fakta yang sebenarnya dan segera memberikan kejelasan kepada keluarga. "Kami sangat berharap ada transparansi dari pihak kepolisian untuk mengungkap hasil dari otopsi Kenzha," ujarnya.

Keluarga Yakin Kenzha Meninggal Akibat Dikeroyok

Keluarga meyakini Kenzha menjadi korban pengeroyokan. Keyakinan ini didasarkan pada luka-luka yang ditemukan di tubuh Kenzha saat jenazah dimandikan. "Kami mengetahui bahwa anak ini dianiaya, ada pengeroyokan, dikeroyok hingga dia meninggal," tegas Happy. Menurutnya, terdapat luka lebam di pundak belakang sebelah kiri, bekas tapak sepatu, serta luka seperti bekas pukulan benda keras di kepala dan telinga kanan. Bahkan, kakak Kenzha yang memandikan jenazah adiknya menemukan tulang rusuk yang patah.

Happy juga mengungkapkan bahwa Kenzha sempat bercerita kepada kakaknya mengenai perundungan yang dialaminya oleh senior di kampus. Kenzha mengaku pernah disuruh berguling-guling di tanah oleh senior, yang membuatnya enggan untuk datang ke kampus.

Keluarga juga menyoroti dugaan adanya upaya pembelokan fakta oleh pihak kepolisian. Happy menduga ada oknum polisi yang berusaha menutupi kasus pengeroyokan ini, mengingat adanya hubungan antara pihak kepolisian dengan pihak UKI, dimana ada polisi yang juga berprofesi sebagai dosen di UKI.

Happy juga meminta polisi memeriksa satpam yang bertugas di tempat kejadian perkara (TKP). Menurut informasi yang diperoleh keluarga, terdapat lima satpam di TKP saat kejadian, namun mereka membiarkan tindakan kekerasan tersebut.

Penjelasan Pihak Kepolisian

Menanggapi desakan keluarga, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima hasil laboratorium forensik (labfor) secara lisan terkait kematian Kenzha. Namun, polisi masih menunggu hasil otopsi resmi untuk mengetahui penyebab pasti kematian Kenzha. "Itu harus diserahkan dulu ke bagian otopsi untuk menentukan. Otopsi itu sekali lagi untuk menentukan penyebab kematian," jelas Nicolas.

Nicolas membantah adanya upaya penguluran waktu dalam penanganan kasus ini. Ia menjelaskan bahwa penyidik perlu memeriksa seluruh barang bukti secara seksama, termasuk CCTV, jaringan, histopatologi, toksikologi, dan DNA. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama.

Nicolas menegaskan bahwa pihaknya mengedepankan prinsip scientific crime investigation dalam penyelidikan kasus ini. Polisi berjanji akan mengusut tuntas kasus ini dan mengungkap fakta yang sebenarnya.

Berikut adalah poin-poin penting yang menjadi sorotan dalam kasus ini:

  • Desakan Transparansi: Keluarga korban meminta polisi transparan dalam mengusut kasus kematian Kenzha.
  • Dugaan Pengeroyokan: Keluarga meyakini Kenzha tewas akibat dikeroyok, berdasarkan luka-luka di tubuh korban.
  • Perundungan Senior: Kenzha sempat curhat mengalami perundungan oleh senior di kampus.
  • Dugaan Pembelokan Fakta: Keluarga menduga ada upaya pembelokan fakta oleh pihak kepolisian.
  • Pemeriksaan Satpam: Keluarga meminta polisi memeriksa satpam yang bertugas di TKP.
  • Proses Penyelidikan: Polisi mengklaim sedang melakukan penyelidikan secara mendalam dengan metode scientific crime investigation.

Kasus ini masih dalam proses penyelidikan dan belum menemukan titik terang. Masyarakat berharap pihak kepolisian dapat segera mengungkap fakta yang sebenarnya dan memberikan keadilan bagi Kenzha dan keluarganya.