Volatilitas Pasar Saham AS Meningkat di Tengah Kekhawatiran Tarif dan Bantahan Hoaks
Pasar Saham AS Bergejolak Akibat Bayang-Bayang Tarif dan Informasi Simpang Siur
New York, AS – Pasar saham Amerika Serikat mengalami perdagangan yang sangat fluktuatif pada hari Senin (7/4/2025), dipicu oleh kekhawatiran seputar penerapan tarif oleh mantan Presiden Trump dan beredarnya disinformasi yang memperkeruh suasana. Ketidakpastian ini menyebabkan pergerakan harga yang dramatis dan volume perdagangan yang sangat tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatatkan penurunan untuk hari ketiga berturut-turut, turun 349,26 poin atau 0,91 persen, berakhir pada level 37.965,60. Namun, pergerakan intraday indeks ini sangat mencolok, sempat anjlok lebih dari 1.700 poin sebelum kemudian melonjak kembali hingga 2.595 poin dari titik terendahnya. Indeks S&P 500 juga mengalami penurunan sebesar 0,23 persen, ditutup pada level 5.062,25, setelah sebelumnya merosot 4,7 persen. Sementara itu, indeks Komposit Nasdaq berhasil mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,10 persen, mencapai level 15.603,26, didorong oleh pembelian saham-saham teknologi besar.
Volume perdagangan melonjak ke level tertinggi dalam 18 tahun terakhir, dengan sekitar 29 miliar saham berpindah tangan. Angka ini jauh melampaui volume perdagangan hari Jumat sebesar 26,77 miliar saham dan rata-rata volume 10 hari sebesar 16,94 miliar saham. Lonjakan volume ini mencerminkan tingkat kecemasan dan ketidakpastian yang tinggi di kalangan investor.
Hoaks Sempat Memicu Reli Jangka Pendek
Sempat terjadi reli singkat di pasar saham yang membawa indeks Dow ke wilayah positif. Hal ini dipicu oleh spekulasi yang beredar di media sosial mengenai penundaan penerapan tarif. Namun, harapan ini dengan cepat pupus setelah Gedung Putih mengeluarkan pernyataan resmi yang membantah kebenaran berita tersebut. Informasi yang menyatakan adanya jeda 90 hari dalam penerapan tarif itu ditegaskan sebagai berita palsu, dan pasar saham pun kembali melemah.
Gedung Putih Tegaskan Tarif Tetap Berlaku
Terlepas dari aksi jual besar-besaran yang telah menyebabkan indeks S&P 500 kehilangan lebih dari 10 persen nilainya dalam tiga sesi terakhir – periode terburuk sejak awal pandemi COVID-19 – Gedung Putih tetap pada pendiriannya. Mereka menegaskan bahwa serangkaian tarif tinggi yang diumumkan pada hari Rabu akan mulai berlaku pada 9 April sesuai jadwal.
Respon Global dan Ancaman Tarif Lebih Lanjut
Tindakan mantan Presiden Trump menuai respon dari berbagai negara. China telah membalas tarif tersebut pada hari Jumat, dan negara-negara lain juga tengah mempersiapkan langkah serupa. Trump bahkan mengancam Beijing dengan tarif yang lebih tinggi melalui platform Truth Social pada hari Senin. Ia menyatakan bahwa jika China tidak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen atas dugaan pelanggaran perdagangan, Amerika Serikat akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen mulai 9 April. Selain itu, Trump juga mengancam akan menghentikan semua pembicaraan dengan China.
Negara Lain Ingin Bernegosiasi
Di tengah ketegangan perdagangan global, Pemerintah AS mengklaim bahwa setidaknya 50 negara telah menghubungi mereka untuk memulai negosiasi. Vietnam, misalnya, telah menawarkan untuk memangkas tarif terhadap AS menjadi nol persen. Namun, negosiasi-negosiasi ini masih jauh dari kesepakatan dan membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan Wall Street.
Kekhawatiran Akan Efek Bola Salju
Kekhawatiran semakin meningkat di Wall Street bahwa aksi jual yang terjadi akan berubah menjadi efek bola salju, di mana hedge fund terpaksa menjual saham dan aset berisiko lainnya untuk memenuhi margin call. Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang dikenal sebagai "indikator ketakutan" di Wall Street, melonjak hingga mencapai level 60 pada hari Senin, sebuah ambang batas ekstrem yang biasanya hanya terlihat saat pasar beruang (bear market).
Dampak pada Saham Apple
Saham Apple mengalami penurunan signifikan sebesar 3,7 persen pada hari Senin setelah ancaman Trump untuk menggandakan tarif terhadap China. Produsen iPhone ini telah kehilangan kapitalisasi pasar sekitar 640 miliar dolar AS dalam tiga hari perdagangan terakhir.
Pasar saham AS saat ini berada dalam kondisi yang sangat tidak pasti. Investor akan terus memantau perkembangan terkait tarif, negosiasi perdagangan, dan kebijakan pemerintah untuk mengantisipasi langkah pasar selanjutnya.