Analis Sebut Negosiasi Dagang RI-AS Jadi Penentu Arah IHSG Usai Koreksi Tajam

Pasar Saham Bergejolak: Investor Menanti Kepastian Negosiasi Dagang Indonesia-AS

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan signifikan pada perdagangan hari ini, ditutup terkoreksi tajam sebesar 7,9 persen atau setara 514,47 poin, dan berakhir di level 5.996,14. Sentimen negatif ini dipicu kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian ekonomi global, khususnya terkait potensi penerapan tarif baru oleh Amerika Serikat terhadap produk-produk asal Indonesia.

Data perdagangan menunjukkan dominasi saham yang berada di zona merah, dengan 672 saham mengalami penurunan harga. Hanya 30 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan, sementara 95 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi mencapai Rp 20,40 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 22,63 miliar saham.

Felix Darmawan, seorang ekonom dari Panin Sekuritas, menjelaskan bahwa pasar modal saat ini membutuhkan katalis positif yang lebih kuat, terutama yang berasal dari kebijakan pemerintah. Menurutnya, fokus utama investor saat ini tertuju pada perkembangan negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.

"Saat ini, investor lagi tunggu arah negosiasi dagang antara Indonesia dan AS," ujarnya.

Ia menambahkan, pemulihan yang terjadi pada indeks saham di beberapa negara Asia lainnya dipengaruhi oleh langkah-langkah konkret yang diambil oleh pemerintah masing-masing dalam merespons isu perdagangan global.

"Karena patut dicermati juga, rebound-nya index Jepang (Nikkei) dan Vietnam kemarin pasca respons petinggi negaranya yang bernegosiasi dengan Trump," imbuhnya.

Kondisi wait and see diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan, seiring investor mencermati perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan perdagangan dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

Sebelumnya, IHSG sempat mengalami trading halt selama 30 menit akibat penurunan tajam sebesar 9,19 persen ke level 5.912,06. Meskipun perdagangan telah dibuka kembali, indeks masih menunjukkan pelemahan yang signifikan.

Meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengeluarkan kebijakan teknis seperti penyesuaian Auto Reject Bawah (ARB) dan trading halt untuk meredam volatilitas pasar, langkah-langkah ini dinilai sebagai solusi jangka pendek yang belum mampu mengatasi akar permasalahan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG:

  • Ketidakpastian Kebijakan Perdagangan AS: Ancaman penerapan tarif baru oleh AS terhadap produk Indonesia memicu kekhawatiran investor.
  • Negosiasi Dagang RI-AS: Investor menantikan hasil negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk mendapatkan kepastian arah kebijakan.
  • Kinerja Ekonomi Global: Sentimen global secara umum turut memengaruhi pergerakan IHSG.
  • Kebijakan Pemerintah: Investor membutuhkan sinyal kebijakan makro yang kuat dari pemerintah untuk menstabilkan pasar.

Analisis dan Prospek:

Koreksi tajam yang terjadi pada IHSG hari ini mencerminkan tingginya sensitivitas pasar terhadap isu-isu eksternal, terutama yang berkaitan dengan kebijakan perdagangan global. Keberhasilan negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat akan menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan investor dan mendorong pemulihan IHSG. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan kepastian kepada pelaku pasar.

Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan cermat dalam mengambil keputusan investasi, serta mempertimbangkan faktor risiko yang ada. Diversifikasi portofolio dan investasi jangka panjang dapat menjadi strategi yang bijak dalam menghadapi volatilitas pasar.