Persiapan Matang: Produsen Alutsista Lakukan Survei Mendalam ke TNI AU Sebelum Pengiriman
Produsen Alutsista Lakukan Survei Mendalam ke TNI AU Sebelum Pengiriman
Jakarta - Dalam upaya memastikan kesiapan operasional dan dukungan infrastruktur, sejumlah produsen alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang akan memasok kebutuhan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akan melaksanakan serangkaian survei komprehensif. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI M. Tonny Harjono, mengungkapkan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi kendala yang mungkin timbul setelah alutsista tiba di Indonesia.
"Survei ini penting untuk memastikan bahwa TNI AU siap secara penuh menerima dan mengoperasikan alutsista baru tersebut," ujar KSAU Marsekal TNI M. Tonny Harjono di Mabes AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (9/4/2025). Kesiapan yang dimaksud meliputi aspek sarana dan prasarana pendukung, sumber daya manusia yang terlatih, serta sistem logistik yang efisien.
Proses survei dijadwalkan dimulai pada akhir bulan ini. Meskipun KSAU tidak bersedia mengungkap identitas produsen alutsista yang dimaksud, ia menegaskan bahwa survei akan mencakup berbagai aspek, termasuk kesiapan hanggar, landasan pacu, sistem perawatan, dan ketersediaan suku cadang. Selain itu, produsen juga akan mengevaluasi kebutuhan pelatihan bagi personel TNI AU yang akan mengoperasikan dan memelihara alutsista tersebut.
Salah satu fokus utama survei ini adalah persiapan kedatangan jet tempur Rafale yang telah dipesan oleh Indonesia. KSAU menjelaskan bahwa persiapan untuk kedatangan Rafale terus berjalan sesuai rencana, mengingat pengadaan jet tempur tersebut merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang TNI AU.
"Persiapan Rafale masih on progress karena itu sudah perencanaan lama," imbuhnya.
Indonesia telah memesan 42 unit jet tempur Rafale dari Dassault Aviation, Prancis. Pemesanan ini dilakukan pada era kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pengadaan Rafale merupakan bagian dari upaya modernisasi alutsista TNI AU untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara nasional. Rencananya, enam unit pertama Rafale akan tiba di Indonesia pada tahun depan.
Kontrak pengadaan 42 unit Rafale ini bernilai sekitar 8,1 miliar Dollar AS. Nilai kontrak tersebut mencakup pembelian pesawat, persenjataan, pelatihan pilot dan teknisi, serta dukungan logistik yang komprehensif. Dengan kedatangan Rafale, TNI AU akan memiliki kemampuan tempur yang lebih modern dan efektif dalam menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia.
Berikut adalah poin-poin penting terkait pengadaan alutsista dan survei yang akan dilakukan:
- Tujuan Survei: Memastikan kesiapan TNI AU dalam menerima dan mengoperasikan alutsista baru.
- Aspek yang Disurvei: Sarana prasarana, sumber daya manusia, sistem logistik, dan kebutuhan pelatihan.
- Fokus Utama: Persiapan kedatangan jet tempur Rafale.
- Jumlah Rafale yang Dipesan: 42 unit.
- Nilai Kontrak: Sekitar 8,1 miliar Dollar AS (termasuk pesawat, persenjataan, pelatihan, dan dukungan logistik).
- Waktu Kedatangan Tahap Pertama: Tahun depan (6 unit Rafale).
Dengan adanya survei ini, diharapkan proses transisi dan integrasi alutsista baru ke dalam sistem pertahanan udara TNI AU dapat berjalan lancar dan efektif. Hal ini akan meningkatkan kemampuan TNI AU dalam menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah udara Indonesia.