Kontroversi Seksualitas Anak di K-Pop, Program 'Under 15' Dibatalkan Akibat Kecaman Publik

Kontroversi Seksualitas Anak di K-Pop, Program 'Under 15' Dibatalkan Akibat Kecaman Publik

Gelombang kritikan pedas menghantam program audisi K-Pop berjudul "Under 15" karena dinilai melakukan eksploitasi dan seksualisasi terhadap anak-anak di bawah umur. Tekanan publik yang masif membuat pihak produksi, Crea Studio, memutuskan untuk membatalkan penayangan program tersebut, bahkan sebelum episode perdananya sempat mengudara.

Dalam pernyataan resminya, Crea Studio mengungkapkan bahwa keputusan pembatalan ini diambil setelah melalui pertimbangan yang mendalam. Prioritas utama mereka adalah melindungi para peserta yang masih sangat muda dan melakukan penataan ulang konsep program secara menyeluruh.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk memproduksi program dengan cara yang memastikan esensi acara kami tidak menimbulkan kerusakan, sambil memastikan ketulusan para peserta tersalur dengan baik," janji perwakilan Crea Studio.

Keputusan ini diambil menyusul kemarahan publik yang ditujukan kepada Maeil Broadcasting Network (MBN) setelah merilis video promosi singkat untuk program tersebut. Para analis media berpendapat bahwa produser tidak memiliki pilihan lain selain menghentikan program mereka karena gelombang protes yang begitu besar.

Konsep 'Under 15' dan Gelombang Kontroversi

"Under 15" dipasarkan sebagai ajang pencarian bakat K-Pop yang melibatkan 59 gadis muda berusia 15 tahun ke bawah. Mereka berkompetisi untuk menjadi bintang K-Pop selanjutnya. Program ini menuai kontroversi karena dianggap mengeksploitasi dan mengkomersialisasikan anak-anak di bawah umur.

Chuyun Oh, seorang profesor teori tari di Universitas Negeri San Diego, menjelaskan bahwa promosi artis muda bukanlah hal baru dalam industri hiburan. Namun, dalam kasus "Under 15", masalahnya adalah program ini secara eksplisit mempromosikan gadis-gadis di bawah umur sebagai objek yang dipasarkan.

"Sebagian penonton, baik di TV maupun daring, termasuk orang tua dan guru, merasa tidak nyaman dengan acara tersebut," ungkap Oh.

Kekhawatiran utama mereka adalah para peserta yang masih di bawah umur menampilkan tarian, kostum, dan ekspresi wajah yang terlalu dewasa, meniru koreografi girl group K-Pop yang sudah ada.

Seksualisasi dalam Industri K-Pop: Bukan Isu Baru

Industri K-Pop memang kerap kali menjadi sorotan karena lirik, gerakan, atau penampilan yang dianggap terlalu vulgar. Beberapa waktu lalu, penampilan Jennie Kim dari BLACKPINK di serial HBO "The Idol" juga menuai kecaman dan bahkan berujung pada pembatalan penampilannya di Korea Selatan.

Kasus lain melibatkan CU, seorang penyanyi dari DimePiece, yang dikritik karena pakaiannya yang minim dan penampilannya yang dianggap seronok saat tampil live pada tahun 2017.

Bagi sebagian masyarakat Korea Selatan yang konservatif, seksualisasi gadis-gadis remaja di bawah usia 15 tahun dianggap sudah keterlaluan. Apalagi, poster promosi "Under 15" menampilkan desain barcode yang dianggap mereduksi nilai gadis-gadis tersebut menjadi sekadar objek.

Lebih dari Sekadar Seksualitas

David Tizzard, seorang profesor pendidikan di Universitas Perempuan Seoul, menjelaskan bahwa masalahnya bukan hanya tentang seksualitas gadis-gadis yang dipromosikan, tetapi juga tentang gagasan bahwa mereka adalah produk yang dikemas dan dijual.

"Jika orang dewasa yang dikemas dengan cara ini, maka itu bukan masalah besar," ujar Tizzard. "Namun, karena mereka masih muda, ini jauh lebih sensitif."

Namun, Tizzard menekankan bahwa praktik "menjual seksualitas" bukanlah hal baru di Korea Selatan atau di tempat lain di dunia. Ia mencontohkan BoA yang memulai karirnya di usia 13 tahun, serta Michael Jackson dan Britney Spears yang juga memulai karir di usia muda.

"Dapat dikatakan bahwa kita hidup dalam masyarakat yang merupakan paradoks antara kebebasan dan hipermoralistik," imbuhnya.

Momentum yang Tidak Tepat

Masalah ini semakin diperburuk oleh waktu penayangan "Under 15" yang dinilai tidak tepat, bersamaan dengan kasus kematian tragis aktris muda, Kim Sae-Ron.

Sebelumnya, muncul laporan yang menghebohkan tentang aktor Kim Soo-hyun yang diduga pernah berkencan dengan Kim Sae-ron saat ia masih di bawah umur. Kasus ini memicu kemarahan publik dan menyoroti isu eksploitasi anak di industri hiburan.

Tizzard menyimpulkan bahwa masyarakat Korea saat ini sangat sensitif terhadap isu eksploitasi gadis-gadis di bawah umur di industri K-Pop, terutama setelah kasus Kim Sae-ron.

"Orang-orang sangat sensitif terhadap gadis-gadis di bawah umur di industri K-Pop saat ini," tambahnya.

Namun, ia juga meyakini bahwa permintaan akan wajah-wajah baru di industri K-Pop akan terus ada, sehingga industri akan terus mencari dan mempromosikan remaja-remaja putri.

Oh menambahkan bahwa industri hiburan, termasuk K-Pop, selalu terpesona oleh kaum muda. Semakin muda usia mereka, semakin besar daya tarik dan nilai komersial mereka di pasar kapitalis.