Energi Terbarukan Dorong Perubahan Harga Listrik di Asia: Analisis Mendalam dari BMI
Transisi Energi di Asia: Dampak Energi Terbarukan pada Harga Listrik
Pergeseran lanskap energi di Asia menuju sumber-sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air, diperkirakan akan memainkan peran kunci dalam membentuk harga listrik di kawasan ini. Laporan terbaru dari BMI (sebelumnya dikenal sebagai Business Monitor International) menyoroti bahwa biaya integrasi energi terbarukan dan teknologi penyimpanan baterai ke dalam jaringan listrik akan menjadi faktor penentu utama harga listrik di masa depan.
Faktor-faktor Pendorong Kenaikan Harga Listrik
BMI memperkirakan bahwa harga listrik di Asia akan mengalami kenaikan hingga tahun 2025, didorong oleh beberapa faktor utama:
- Transisi dari Batu Bara ke Gas Alam: Negara-negara di Asia secara bertahap mengurangi ketergantungan pada batu bara dan beralih ke gas alam sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Meskipun gas alam lebih bersih daripada batu bara, harganya cenderung lebih tinggi, yang berdampak pada biaya produksi listrik.
- Liberalisasi Pasar Listrik: Regulator di berbagai negara di Asia bergerak menuju pasar listrik yang lebih liberal, yang memungkinkan harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Hal ini dapat menyebabkan fluktuasi harga yang lebih besar, tetapi juga mendorong efisiensi dan investasi di sektor energi.
- Pemulihan Kerugian Utilitas: Perusahaan utilitas berupaya memulihkan kerugian yang diderita selama krisis energi global tahun 2021-2023. Upaya ini dapat berdampak pada harga listrik yang dibebankan kepada konsumen.
Pengaruh Energi Terbarukan dan Penyimpanan Baterai
Laporan BMI menekankan bahwa biaya batu bara termal akan memiliki pengaruh yang semakin kecil terhadap pembentukan harga listrik di Asia. Sebaliknya, biaya yang terkait dengan integrasi energi terbarukan dan penyimpanan baterai akan menjadi semakin penting. Biaya-biaya ini meliputi:
- Infrastruktur Energi Terbarukan: Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan air membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur.
- Operasional dan Pemeliharaan: Pembangkit energi terbarukan memerlukan biaya operasional dan pemeliharaan yang berkelanjutan.
- Penyesuaian Jaringan: Jaringan listrik perlu dimodernisasi dan diperluas untuk mengakomodasi fluktuasi produksi energi terbarukan.
- Sistem Penyimpanan Energi: Baterai memainkan peran penting dalam mengatasi intermitensi energi terbarukan dan menstabilkan jaringan listrik. Investasi dalam baterai, instalasi, dan pemeliharaan juga berkontribusi pada biaya listrik.
Reformasi Kebijakan dan Impor LNG
BMI mencatat bahwa beberapa badan pengatur di Asia sedang melakukan reformasi kebijakan untuk mengadopsi sistem penetapan harga listrik yang lebih mencerminkan biaya produksi yang sebenarnya dan dipengaruhi oleh kekuatan pasar. Contohnya adalah undang-undang kelistrikan baru di Vietnam yang bertujuan untuk mereformasi harga listrik eceran dengan menghilangkan subsidi silang dan menciptakan sistem harga multi komponen.
Selain itu, meningkatnya impor gas alam cair (LNG) juga diperkirakan akan mendorong kenaikan harga listrik yang moderat di Asia. BMI memperkirakan permintaan impor LNG akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang, karena negara-negara di kawasan ini beralih dari batu bara ke gas alam.
Implikasi bagi Transisi Energi
Laporan BMI menyimpulkan bahwa integrasi energi terbarukan dan pengembangan sistem penyimpanan energi akan menjadi kunci untuk mencapai transisi energi yang lancar dan tanpa gangguan di Asia. Namun, transisi ini juga akan membawa tantangan, termasuk perlunya investasi besar dalam infrastruktur dan teknologi baru, serta reformasi kebijakan untuk memastikan harga listrik yang adil dan berkelanjutan.