Kontroversi Oval Office: Trump Usulkan Relokasi Warga Gaza, Picu Kecaman Internasional

Kontroversi Oval Office: Trump Usulkan Relokasi Warga Gaza, Picu Kecaman Internasional

Washington D.C. – Sebuah usulan kontroversial dilontarkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Oval Office pada Senin (7/4/2025). Trump mengemukakan ide untuk merelokasi warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza ke negara-negara lain, dengan alasan untuk menciptakan "zona kebebasan" di wilayah tersebut.

"Jika Anda memindahkan warga Palestina ke negara-negara lain dan banyak negara bersedia menerimanya, maka Anda akan punya zona kebebasan, zona di mana orang tidak dibunuh setiap hari," ujar Trump, mengacu pada kondisi Gaza yang selama ini diasosiasikan dengan kekerasan dan dominasi Hamas. Pernyataan ini dikutip dari laporan Reuters pada Selasa (8/4/2025).

Netanyahu menyambut baik usulan tersebut, mengklaim bahwa sejumlah negara telah menyatakan kesediaannya untuk menerima warga Gaza jika mereka memilih untuk pindah. Ia menambahkan bahwa Israel tidak berniat "mengurung" warga Gaza, melainkan memberikan mereka pilihan.

Reaksi Keras Internasional

Usulan Trump ini segera memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak di dunia internasional. Banyak yang menilai bahwa gagasan tersebut sama dengan dukungan terhadap pembersihan etnis, mengingat sejarah panjang konflik dan masalah kompleks yang melanda Gaza.

Ide serupa sebenarnya pernah dilontarkan Trump pada awal masa jabatannya, dan saat itu juga menuai kecaman luas.

Detail Pertemuan di Oval Office

Selain Trump dan Netanyahu, pertemuan di Oval Office tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi AS, termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth. Dalam pertemuan itu, Trump juga menyatakan keinginannya agar perang di Gaza segera berakhir.

"Saya ingin melihat perang ini berhenti. Dan saya pikir itu akan terjadi dalam waktu dekat," tegas Trump.

Trump juga mengkritik kebijakan Israel di masa lalu yang menyerahkan Gaza, menyebutnya sebagai "properti pinggir laut" yang diberikan demi perdamaian. Ia bahkan mengusulkan agar Amerika Serikat mengambil peran yang lebih besar di wilayah tersebut, mungkin sebagai kekuatan penjaga perdamaian.

Sementara itu, Netanyahu menegaskan bahwa Israel terus berupaya untuk membebaskan para sandera yang ditahan oleh Hamas sejak serangan 7 Oktober 2023.

Implikasi dan Analisis

Usulan relokasi warga Gaza yang dilontarkan Trump ini menimbulkan sejumlah pertanyaan dan kekhawatiran.

  • Kelayakan Praktis: Seberapa realistis usulan ini mengingat kompleksitas politik dan logistik yang terlibat dalam memindahkan ratusan ribu orang?
  • Kedaulatan Palestina: Bagaimana usulan ini akan mempengaruhi prospek solusi dua negara dan hak-hak warga Palestina?
  • Stabilitas Regional: Apakah usulan ini akan memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah?

Para analis politik juga menyoroti bahwa usulan ini dapat dianggap sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah-masalah internal yang dihadapi Trump dan Netanyahu, serta untuk memperkuat basis dukungan politik mereka.

Terlepas dari motivasi di balik usulan ini, satu hal yang pasti adalah bahwa usulan relokasi warga Gaza telah membuka kembali perdebatan tentang masa depan wilayah tersebut dan peran komunitas internasional dalam menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini.

Daftar Poin Penting

Berikut adalah rangkuman poin-poin penting dalam berita ini:

  • Trump mengusulkan relokasi warga Gaza ke negara lain.
  • Netanyahu menyambut baik usulan tersebut.
  • Usulan ini menuai kecaman internasional.
  • Trump ingin perang di Gaza segera berakhir.
  • Israel terus berupaya membebaskan sandera Hamas.